Boy In Luv - Upi Hwang (OneShoot)
Boy In Luv - Upi Hwang (OneShoot)
Cast : Lee Junho (2PM), Park Jimin (BTS)
Other Cast : Park Jiyeon (T-Ara), Shannon
William.
Genre
: Brothership, Romance.
Author
: Upi Hwang.
Lenght
: Oneshoot.
Warning!
Typo bertebaran, Alur kecepetan, Gaje, abal dan ide pasaran. Ooc. Dan
masih banyak lagi kesalahan-kesalahan. Maklum author abal-abal.
Sesungguhnya para tokoh bukan milik author, melainkan milik agensi dan
orang tua masing-masing, author hanya memakai mereka untuk keperluan cerita.
Happy Reading!
(Don't like, don't read).
Seoul, Korea Selatan 2016.
''Ne hyung,'' ucap suara yang terdengar masih mengantuk.
''Aku masih di rumah. Dan, bandara? Untuk apa aku ke sana, ini masih
terlalu pagi hyung...,'' ucapnya sambil melangkah ke dapur untuk minum.
''Mwo? Kau sudah kembali dari Jepang? Dan sekarang kau di bandara?
Araseo, araseo. Jankanman-yo.....''
Setelah memutuskan sambungan telphone, pria itu segera bergegas ke dalam
kamar, mengambil kunci mobil dan pergi ke bandara untuk menjemput hyungnya.
Tak butuh waktu lama baginya mengendarai mobil untuk sampai di bandara
internasional Incheon. Apalagi jalanan yang senggang di minggu pagi.
Ia mencari-cari hyungnya itu. Dia akan menelpon, akan tetapi.
''Jimin-ah,'' panggil seseorang padanya. Ia menengok dan melihat hyungnya yang
sedang melambaikan tangan kepadanya lengkap dengan senyuman dan kopernya.
Jimin berjalan ke arahnya, lalu tanpa aba-aba, ia langsung memeluk tubuh
pria yang lebih tinggi darinya itu. Pria itu terkekeh. ''Junho hyung, kenapa
kau baru kembali?'' ucapnya sambil merengek.
''Cih, jangan bertingkah seolah kau itu kekasihku! Dan bukankah kau
senang aku lama di luar negeri,'' ucap Junho sambil mendecih.
Jimin hanya nyengir dan menampilkan sederet giginya yang putih. Junho
yang melihatnya kesal, lalu berpura-pura akan memukul Jimin. Jimin juga refleks
mengangkat tangannya untuk melindungi kepalanya yang akan dipukul oleh Junho.
''Sudahlah hyung, kajja.'' Jimin berjalan lebih dulu dengan membawa
koper Junho. Di belakangnya, Junho mengekor dengan tas di punggungnya.
Jimin mengendarai mobilnya dengan sangat santai. Sedangkan Junho sedang
memperhatikan jalanan dengan kaca mobilnya yang terbuka dan tangannya menyangga
dagunya. Mereka mendengarkan lagu Hopeless Love, suara gadis yang full power
terdengar mengisi seluruh mobil. Suaranya sangat indah. ''Bukankah penyanyi ini
juga bernama Park Jimin?'' tanya Junho. Jimin yang sedang terfokus pada jalanan
di depannya menengok.
''Ah ne, dia juara pertama di salah satu ajang pencarian bakat, hyung.''
Lalu ia melihat Junho tersenyum geli. ''Wae?''
''Dulu kukira itu adalah kau! Ternyata dia seorang gadis.'' Jimin
mendengus saat Junho mengatakan alasannya tersenyum geli.
''Makanya hyung, jangan terlalu lama di Jepang dan berkutat dengan
dokumen-dokumen memuakkanmu!''
''Eits, jangan seperti itu. Dokumen itu adalah sumber uangku,'' jawab
Junho santai tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. ''Lima tahun ku di
Jepang, Seoul sudah banyak berubah!'' gumamnya. Jimin tak menanggapi. ''Ah
apakah apartement ku juga berubah?'' tanya Junho seakan baru menyadari tempat
tinggalnya yang sudah lima tahun ia tinggalkan.
Jimin meneguk ludahnya dan wajahnya berubah pucat. Junho menyadari
perubahan itu dan ia mendengus. ''Sudah kuduga, pasti sekarang tempat itu
seperti tempat pembuangan sampah!''
Jimin langsung menengok ke arah Junho yang masih memandang jalanan di luarnya.
''Yak, tidak seperti itu juga hyung! Mungkin hanya sedikit berantakan saja,''
bela Jimin tak mau disalahkan karna tidak menjaga apartement hyungnya dengan
baik.
Junho tidak menanggapi, karna sekarang tatapannya terpaku pada seorang
gadis yang sedang berdiri di pinggir jalan sambil terus menggerutu. Rambutnya
yang coklat kepirangan tergerai dan tertiup angin. Junho terkekeh melihat gadis
itu yang mulutnya terus mencibir.
Jimin mengerutkan keningnya saat hyungnya itu terkekeh sendiri, dan
mengangkat sebelah alisnya. ''Ada apa hyung?'' tanyanya penasaran. Junho
menggeleng, lau ia meminta turun saat itu juga. ''Tapi kenapa hyung?'' tanya
Jimin penasaran saat Junho sudah berada di luar mobilnya.
''Sudah, kau pulang saja sana! Aku harus bertemu dengan seseorang
terlebih dahulu!'' Jimin mengangguk dan langsung pergi meninggalkan Junho yang
sudah menyeberangi jalan. Ia sempat melihat Junho yang memberhentikan taxi dan
masuk ke dalamnya. Tapi ia tak peduli, toh hyungnya itu sudah menyuruh dirinya
pulang lebih dulu.
Ternyata Junho sengaja menaiki Taxi dan berhenti di hadapan sang gadis
yang tadi sedang dilihatnya. Ia melongokkan kepalanya dari jendela yang terbuka
itu. ''Butuh tumpangan nona?'' tanyanya lembut lengkap dengan senyuman yang
menggoda.
Gadis itu menatap tajam dan penuh selidik pada Junho. ''A..ku hanya
menawarkan!'' ucap Junho sedikit gugup saat mendapat tatapan tajam dari seorang
gadis.
Gadis itu tampak berfikir sebelum akhirnya ia mengangguk dan masuk ke
dalam taxi yang sedang ditumpangi oleh Junho. ''Kau mau ke mana nona?'' tanya
Junho saat gadis itu menaruh ponselnya di dalam tas.
Sang gadis menatap lekat Junho sebelum beralih ke supir taxi. ''Ahjussi,
Kyunghee University.'' Sang supir mengangguk, begitu juga Junho. ''Terima kasih
mau berbagi tumpangan denganku!'' ucap gadis itu pada Junho. Junho tersentak.
Lalu ia mengangguk.
''Aku Lee Junho, dan kau nona. Siapa namamu?'' Kemudian Junho kembali
mendapat tatapan tajam dari gadis itu. ''Ah, bukankah tidak baik jika tidak
saling mengenalkan diri?'' ucap Junho mencoba mengelak.
''Sudahlah, aku Park Jiyeon.'' Jiyeon, ia menjabat tangan Junho yang
terulur.
''Nama yang indah, seperti orangnya.''
''Berhenti menggombal!'' ucap Jiyeon cepat. Ia sudah terbiasa mendengar
pria-pria menggodanya seperti itu. ''Ahjussi, bisa lebih cepat?'' ucapnya pada
sang supir.
Supir itu mengangguk. ''Ne nona, jankanman-yo!''
Junho tak henti-hentinya menatap wajah cantik bak malaikat di sampingnya
itu. Dan sang malaikat itu juga seperti tidak merasa diperhatikan.
''Terima kasih,'' ucap Jiyeon menyadarkan Junho dari lamunannya ketika
ia sudah berada di depan gerbang universitas dan sudah berada di luar mobil.
''Ah ne...,'' ucap Junho. ''Kalau begitu, aku pergi dulu ne.
Jiyeon-ssi.'' Jiyeon mengangguk dan membelakangi Junho dan mulai berjalan.
Namun ia dihentikan oleh Junho.
''Ada apa lagi, Junho-ssi?''
''Bolehkah aku minta nomormu?''
Jiyeon mengerutkan keningnya. ''Tapi untuk.....''
''Ayolah, kumohon.''
Setelah berfikir, akhirnya ia mengangguk dan mulai mengetik nomornya di
ponsel Junho. Kemudian ia memberikan ponsel itu kembali. ''Jaa ne,'' ucap Junho
sambil melambaikan tangannya dan kembali masuk ke dalam taxinya lalu pergi dari
sana.
.
.
.
Junho tak perlu mengetuk pintu untuk masuk ke apartement -nya sendiri
yang sudah ia tinggalkan selama lima tahun. Meskipun kode kunci itu sudah
diubah, tapi ia masih memiliki kunci.
Dan ketika ia sudah ada di dalam, ia melihat Jimin yang sedang asik
menatap layar televisi di depannya saat ini. Junho menggelengkan kepalanya
sebelum duduk di samping Jimin.
Jimin menengok sekilas, sebelum ia menatap kembali layar televisinya.
''Kau tidak kuliah?'' Jimin menggeleng. ''Kenapa?''
''Hari ini aku libur hyung.'' Junho mengangguk. Ia juga memakan pop corn
yang terbengkalai di atas meja.
''Kukira kau membolos!''
''Tentu saja tidak hyung!'' bela Jimin, cepat.
''Bagus, aku tidak mau menghamburkan uangku, hanya untuk adik yang tidak
mau masuk kuliah!'' ucap Junho tajam sebelum beranjak dari sana dan pergi ke
kamarnya.
Jimin mendengus tetapi ia tidak marah. Karna apa yang dikatakan Junho
itu memang benar. Hyungnya itu tidak
perlu mengeluarkan uang kuliah, jika ia kuliah dengan asal-asalan, benarkan?
.
.
.
.
''Kunci mobil!'' pinta Junho saat Jimin baru saja turun dari mobil.
''Tapi nanti aku pulang bagaimana, hyung?'' tanya Jimin.
''Kau bisa pulang naik taxi, bis, bahkan kereta. Jadi cepat berikan
kunci!''
Jimin mendengus, tapi ia tetap memberikan kunci itu. ''Sayang sekali,
padahal aku akan mengenalkanmu pada guru yang paling cantik di sini. Tapi karna
kau meminta kembali kunci mobil.....'' Belum sempat Jimin menyelesaikan
perkataannya Junho sudah mengambil paksa kunci mobilnya.
''Aku tidak peduli! Karna hari ini aku ada janji kencan. Kau urus saja
gadis-gadismu sendiri.....'' Setelah mengatakan hal itu Junho langsung pergi
dari sana.
Jimin mengerutkan keningnya. ''Apa dia yakin? Padahal aku yakin Jiyeon
sonsaengnim pasti adalah tipenya,'' gumamnya. ''Dia cantik, sexi pula. Ah hyung
itu aneh sekali! Tapi tak apalah, jika nanti dia bertemu Jiyeon sonsaengnim,
pasti aku akan kalah saing dengannya,'' lanjutnya sambil berlalu dari sana,
masuk ke dalam universitasnya.
Di tempat Junho, ternyata ia pergi ke Queens kafe. Ia duduk di sudut
ruangan dekat jendela. Ia melambaikan tangannya ketika orang yang ditunggunya
sudah datang. ''Jiyeonnie,'' panggilnya.
Jiyeon, dia menengok dan tersenyum. Lalu ia berjalan ke tempat Junho
duduk dan duduk di hadapan pria itu.
''Maaf sudah membuatmu menunggu lama.'' Junho menggeleng sambil
tersenyum. ''Kau tau, kau itu pria napeun.'' Junho mengerutkan keningnya. ''Dan
aku setuju jalan denganmu hanya karna beberapa gombalanmu! Padahal kita baru
saja bertemu. Aku sungguh tak percaya itu,'' jujur Jiyeon.
Bukannya marah Junho malah terkekeh mendengar pengakuan yang jujur itu.
''Aku tersanjung nona,'' ucapnya masih dengan senyuman menggodanya.
''Ngomong-ngomong, kau seperti salah satu muridku yang sedikit errrr.''
Jiyeon tak meneruskan kata-katanya karna ia sudah bergidik ketika
memikirkannya.
''Kenapa? Apa dia sepertiku? Napeun namja?'' Jiyeon mengangguk sambil
meminum kopi yang sudah dipesankan untuknya. ''Siapa?''
''Park Jimin, dia sering menggodaku. Dan yang paling sering dia ucapkan
adalah, sayang guru, kau jauh lebih tua dariku, tapi aku tidak masalah jika kau
menginginkanku!'' ucap Jiyeon sambil berbisik. Junho terkekeh.
''Lalu, kenapa kau tidak menerima bocah tengik itu? Padahal kau sudah
kenal dengannya lebih lama. Tapi kau malah menerima ajakan kencanku yang baru
kau kenal dua hari lalu?''
Jiyeon menatap lekat Junho. ''Aku tidak mungkin menerimanya, aku tidak
menyukainya. Dan untukmu, entahlah.. Aku seperti tersihir olehmu!'' ucap Jiyeon
jujur.
Junho tersenyum. ''Aku tersanjung. Sudah, kajja kita pergi,'' ajak Junho
sambil bangkit dan mengulurkan tangannya, lalu Jiyeon menyambut uluran tangan
itu dengan senang hati.
Mereka pun berjalan menjauhi Queens kafe.
.
Di tempat Jimin, ia kesal karna hari ini tak bisa pulang dengan mobil
hyungnya itu. Ditambah lagi bis yang menuju ke apartement hyungnya tidak ada.
Dan taxi belum ditemuinya sepanjang jalan. Alhasil iapun berjalan kaki sambil
sesekali menendang apapun yang ada di depan kakinya, hingga ia dengan kesal
menendang kaleng minuman tanpa melihat ke depannya.
Pletak
Ia mendengar kaleng itu mengenai sesuatu.
Dan ia mengangkat wajahnya, di saat itu ia baru menyadari bahwa kaleng yang
tadi ditendangnya mengenai kepala seseorang. Kepala seorang gadis dengan rambut
blonde berponi depan, wajahnya seperti orang-orang luar.
Itulah yang ia sadari sebelum ia menyadari bahwa tatapan gadis itu
menatap tajam padanya. Ia juga meneguk ludahnya paksa saat melihat gadis cantik
itu berjalan ke arahnya.
Dan tanpa basa-basi lagi, gadis itu langsung memukul kepala Jimin dengan
buku tebal yang sedang dibawanya. ''Dasar napeun!'' teriaknya tepat di depan
wajah Jimin.
Dan kejadian itu baru saja dilihat oleh Jiyeon-Junho yang baru saja
keluar dari Queens kafe. Mereka terpaku. Sebelum akhirnya Junho tertawa.
Kemudian mereka berjalan ke arah Jimin dan gadis yang baru saja memukul kepala
pria itu. ''Shannon-ah, ada apa? Apa pria ini merayumu?'' tanya Jiyeon khawatir
saat tau siapa gadis yang baru saja memukul muridnya itu.
Shannon menggeleng. ''Dia menendang kaleng. Dan kaleng itu jatuh
mengenani kepalaku eonni....,'' ucap Shannon manja. Jiyeon yang mendengarnya
langsung memeluk Jiyeon.
Jiyeon tak menyadari bahwa ia sedang ditatap penuh tanya oleh kedua
namja yang ada di dekatnya itu. ''Kau mengenalnya sonsaengnim?'' tanya Jimin
ragu. Namun belum sempat Jiyeon menjawab, Junho langsung berjalan dan berhenti
di samping Jimin. Lalu pria itu merangkul pundak Jimin.
''Pasti tadi itu sangat sakit ne?'' tanya Junho dengan nada mengejek.
Kali ini Junho mendapat tatapan bertanya dari Jiyeon.
''Kau mengenalnya Junho-ya?'' Junho menatap Jiyeon dan tersenyum. Ia
mengangguk.
''Ne, dia adikku!'' Jiyeon membulatkan matanya.
''Pantas saja, kalian hampir mirip baik wajah dan sifatnya!'' gumam
Jiyeon. ''Dan Jimin-ssi, ne aku mengenal gadis ini!'' ucap Jiyeon pada Jimin
sambil mengusap lembut poni Shannon. ''Dia sepupuku yang baru datang dari
Inggris,'' lanjutnya. Jimin mengangguk mengerti.
''Lalu, kenapa kalian bisa bersama hyung? Sonsaengnim?'' tanya Jimin
sambil menatap Jiyeon dan Junho bergantian.
''Kau akan terkejut, kami sepasang kekasih! Dan kami baru saja pulang
dari kencan kami yang pertama.''
Semua orang yang ada di sana terkejut, termasuk Jiyeon. ''Itu tidak
seperti itu, Jimin-ssi,'' sangkal Jiyeon sedikit kikuk. ''Tapi kami....''
''Semalam kau sudah menerimaku, apa kau lupa chagiya?'' tanya Junho
sambil menggoda. Jiyeon, yang digoda sudah memerah sempurna.
Lalu mereka mendengar Jimin mendengus. ''Kau curang hyung! Kau sudah
mengambil guru paling cantik yang kusukai!'' gerutu Jimin.
Junho menyeringai lalu ia kembali berdiri di samping Jiyeon dan memeluk
pinggang Jiyeon. ''Yak.....,''
''Sudahlah chagi, kajja. Biarkan sepupumu dan adikku itu menikmati
kencan mereka.'' Jiyeon yang mendengarnya, mengangguk.
''Yak kami tidak berkencan!'' teriak Shannon dan Jimin bersamaan. Namun
yang mereka teriaki sudah berjalan menjauh. Dengan tangan Junho yang masih
memeluk pinggang Jiyeon.
Mereka terus menatap kepergian Jiyeon dan Junho. Setelahnya Jimin
menatap lekat Shannon. Shannon yang merasa diperhatikan, menengok. ''Kenapa
kau?'' tanya Shannon jutek.
Jimin menggeleng dan tersenyum aneh. ''Ternyata kau cantik juga,
Shannon-ah.'' Shannon yang mendengarnya langsung menatap Jimin tak percaya,
apalagi saat ia menyadari tatapan Jimin yang tidak hanya menatap wajahnya.
Lalu dengan sigap ia memukul kembali kepala Jimin dengan buku tadi, kali
ini jauh lebih keras. Jimin langsung meringis sambil memegangi kepalanya yang
baru saja kenal pukul.
''Yak!'' Jimin akan marah, namun Shannon sudah meninggalkan Jimin yang
masih memegangi kepalanya.
''Dasar napeun namja-ya!'' teriak Shannon tanpa menengok ke belakang.
Jimin yang mendengarnya, langsung berlari mengejar gadis blonde itu yang
sudah berada jauh di depannya.
The End.
23 Juli 2016
Its so finally. Judul sama cerita gak
nyambung, bingung mau ngasih judul apa. And then, ini request'an bestie
author... #SI.. Gak bisa bikin yang panjang, ide mentok.. Hope you like it!
0 comments: