Cry For Love - Upi Hwang [OneShoot]
Cry For Love - Upi Hwang [OneShoot]
Cast : Jeon Boram, Hwang Chansung
Genre : Romance, Hurt and Friendship
Author : Upi Hwang
Lenght : OneShoot (Songfic)
Warning!
Ini adalah Songfic pertamaku, diambil dari
lagu Davichi dengan judul yang sama. Dalam menulis songfic ini banyak sekali
halangannya, terutama mood author yang kadang hilang, bahkan songfic ini pernah
menganggur selama beberapa hari. Jadi author mohon maaf jika cerita tidak
menarik dan tidak sesuai dengan lagu, serta author minta maaf jika banyak typo.
Dan alangkah baiknya jika kalian membaca
ini, itu sambil mendengarkan lagu Davichi - Cry For Love.
Happy Reading~~~
~Boram Pov
Sudah begitu lama rasanya, kini
kuberjalan lagi dijalan ini. Sebuah jalan menuju kerumah seseorang yang sudah
dua tahun ini kuhindari. Seorang hoobae yang kusuka.
Aku berjalan menuju kerumah itu, entah
mengapa aku ingin sekali kerumahnya. Akhirnya disinilah aku, didepan rumah
Hwang Chansung. Aku terpaku didepan gerbang rumahnya.
Rumah ini, rumah dimana aku melihatnya
bersama wanita itu, dimalam dua tahun lalu, aku membenci wanita itu. Saat itu
aku ingat bagaimana aku berbalik dan berlari sambil menangis.
Hari ini juga, aku berbalik. Namun, tidak
berlari. Dan baru saja aku melangkah, langkahku terhenti ketika ada sepasang
kaki berhenti tepat didepanku. Aku mendongak untuk melihat rupa orang itu. Mata
kami bertemu, aku terkejut ketika mengetahui siapa orang itu. Begitupula dia.
Apa kau masih sama seperti dulu? Bisa
membuat hatiku berdebar?
''Boram noona, kaukah itu?'' tanyanya
dengan nada tak percaya. Aku hanya bisa mengangguk sambil menampilkan senyum
tipisku.
¤¤¤¤§§§¤¤¤¤
Kami duduk dibangku jalan yang
terletak tidak jauh dari rumahnya.
''Noona, aku rindu padamu. Aku tidak
menyangka bahwa tadi itu benar-benar kau!'' ocehnya.
''Chansung-ah............'' gumamku ''Apa
kau baik-baik saja, Chansung-ah?'' tanyaku.
Chansung mengangguk sambil tersenyum,
matanya pun terpejam mengikuti senyumannya.
''Aku baik noona, bagaimana denganmu?''
tanyanya padaku.
''Begitupun denganku!'' jawabku.
Dulu kami berteman dekat, namun salahkah
aku, jika aku mempunyai perasaan ini? Yah bertahun-tahun kami berteman,
akhirnya perasaan itu tumbuh.
Puncaknya dimalam dua tahun lalu, saat
aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku padanya. Aku melihatnya bersama
wanita itu, wanita yang dicintainya.
Kau tau Chansungie, hatiku hancur berkeping-keping
saat itu. Aku menangis sepanjang jalan, menangis untuk cintaku yang tak
terbalas.
Dan hari ini kita bertemu lagi, kau
menanyakan banyak hal padaku. Sampai akhirnya ku menyadari, aku rindu padamu
Hwang Chansung!
Bahkan setelah waktu berlalu, suaru yang
hangat belum berubah sama sekali. Suara beratmu semakin kentara ketika kau
bicara padaku tadi.
Ouh, tak terasa waktu sudah senja,
pembicaraan kamipun terhenti. Aku melangkahkan kakiku untuk pulang, dan kami
saling bertukar nomor ponsel, alasannya karna, ia tidak mau lost contact denganku, konyol bukan? Akupun terkekeh membayangkan
bagaimana wajahnya ketika ia meminta nomor ponselku.
Kau tau, Hwang Chansung? Hari-hari aku
merindukanmu, malam-malam aku merindukanmu. Lagi, hari itu aku menunggumu.
Kupikir aku juga tau, aku bukanlah yang pertama bagimu, tapi masih saja aku
mencintaimu.
Aku begitu banyak hal yang ingin aku
katakan padamu, Chansungie. Dan pada akhirnya aku melihatmu, tapi aku tak bisa
mengatakan apapun. Aku hanya bisa memandangimu.
Kubilang padamu bahwa aku mencintaimu.
Aku, Jeon Boram memohon pada Hwang Chansung, tolong tataplah aku! Aku bilang
aku sangat merindukanmu, teriakku dalam kesendirianku.
Aku menangis tanpa mengatakan apapun, aku
hanya meneteskan airmata. Tapi hari ini
aku senang, karna aku bisa melihatmu kembali, setelah dua tahun ini aku pergi
tanpa kabar.
Maafkan aku Hwang Chansung, jeonmal
mianhae!
Pov
End
¤¤¤¤§§§¤¤¤¤
''Noona, hari ini apa kau ada waktu?''
tanya Chansung pada Boram. Hari ini mereka sedang memakan eskrim bersama di
kedai es krim yang dulu sering mereka datangi.
''Bicara apa kau ini, tentu saja ada! Jika
tidak ada, tidak mungkin aku datang kesini!'' ucap Boram sedikit kesa.
''Hehehehe, aku hanya bercanda noona.''
ucap Chansung sambil nyengir tanpa dosa. Boram hanya mengembungkan pipinya yang
chabi. ''Kau tau noona, aku rindu sekali padamu. Kenapa waktu itu kau pergi
tanpa memberitahuku?'' tanya Chansung dengan nada yang dibuat marah. Boram
terdiam sebentar, ia terlihat bingung, karna ia tidak tau harus menjawab apa.
Chansung masih menatap lekat diri Boram
yang tak jua menjawab pertanyaannya. Bahkan sekarang Boram terlihat melamun,
Chansung mengerutkan keningnya. ''Noona?'' ucapnya sambil memegang tangan Boram
yang berada di atas meja. Hal itu membuat Boram tersadar dari lamunannya.
''Ouh.... Itu........'' Boram kikuk. ''
Emmm, sebenarnya aku mau bilang padamu malam dua tahun lalu,'' ucap Boram
santai, sekarang ia akan bilang alasan yang sebenarnya. ''Tapi aku tidak
jadi!''
''Waeyo noona?'' tanya Chansung dengan
penasaran.
''Karna aku melihat kau sedang bersama
seorang wanita. Tidak mungkin aku mengganggu moment romantis kalian kan?''
tanya Boram sambil terkekeh, Chansung nampak berfikir.
''Wanita kau bilang noona?'' Boram
mengangguk sambil memakan es krimnya yang mulai mencair. ''Nuguya?'' Boram
hanya mengangkat bahu. Chansung jadi tambah bingung, hingga ia merasa ada
sebuah lampu berpijar terang di kepalanya. ''Ah apa mungkin yang kau maksud itu Joo-ah?''
Boram menatap Chansung ''Molla, tapi
waktu itu ia memakai sweater yang sama denganmu. Rambutnya yang panjang di
gerai tanpa poni, dikarnakan poninya diikat.'' jelas Boram panjang lebar.
''Ah benar, itu Jung Min Joo.'' jawab Chansung, setelahnya ia memakan es
krimnya yang sudah ia abaikan sedari tadi.
''Hemmm,,'' gumam Boram.
''Ngomong-ngomong, bagaimana kabarnya?'' tanya Boram.
''Molla,'' sekarang giliran Boram yang
tertegun.
''Kenapa kau..................''
''Kami sudah berpisah, sudah dari satu
setengah tahun yang lalu.'' jawab Chansung memotong perkataan Boram. Boram
menatap lekat pada diri Chansung, tatapannya menyiratkan sebuah pandangan yang
menuntut. Alhasil Chansung pun melanjutkan ceritanya, ''Dia meninggalkanku
begitu saja. Sama sepertimu noona, ia juga pergi tanpa kabar.'' ucap Chansung
sedikit jenuh dengan topik yang sedang mereka bahas. Boram mengangguk.
''Mianhae,'' ucap Boram dan tanpa sadar
ia memegang tangan Chansung. Hal itu membuat tatapan mereka bertemu. Chansung
merasakan suatu hal yang menyenangkan. Ia merasa nyaman ketika memandang mata
teduh milik Boram.
Sedangkan Boram? Sekarang ia sedang
berdebar-debar. Jantungnya berdetak tak karuan.
Cukup lama mereka terdiam, hingga,
''Mianhae,'' ucap Boram, ia buru-buru mengangkat tangannya dari tangan
Chansung. Namun Chansung langsung memegang tangan Boram.
''Gwaenchana noona, aku senang kau
melakukan hal itu,'' ucap Chansung sambil tersenyum. *Manisnya.* batin Boram.
Akan tetapi, Boram langsung tersadar jika
Chansung hanya menganggapnya sebagai teman. Suasana menjadi canggung seketika.
Mereka saling terdiam.
''Ouh noona.........'' ucap Chansung
memulai pembicaraan. Boram melihat kearah Chansung.
''Ne?''
''Tadi kau bilang, waktu itu kau melihatku
bersama dengan Joo, tapi kenapa aku tidak melihatmu noona?'' tanya Chansung.
''Hemmmmm, itu mungkin
karna..............''
''Ah aku tau, apa jangan - jangan, kau itu
gadis yang berkuncir ekor kuda dan memakai long coat berwarna merah?'' terka
Chansung. Dia melihatku. Batin Boram.
Boram mengangguk, ''Pantas saja, waktu itu aku seperti mengenal yeoja itu.
Ternyata memang aku mengenalnya.'' ucap Chansung sambil terkekeh.
¤¤¤¤§§§¤¤¤¤
Chansung
pov
Hari ini, aku akan pergi piknik bersama
Boram noona, entah mengapa tiba-tiba saja ide konyol itu ada dipikiranku. Dan
aku tidak menyangka jika Boram noona mau menerima ajakanku. Ah membayangkannya
membuatku terkekeh.
Aku sudah rapih dengan pakaian kasualku.
Sekarang hanya tinggal pergi saja. Aku melajukan mobilku kerumah Boram noona,
tak butuh waktu lama bagiku untuk sampai dirumah noona imut itu.
Aku menekan bel, lalu pintu rumah itu
terbuka dengan seorang wanita cantik berdiri diambang pintu. Wanita yang tak
lain adalah Boram noona, ia tersenyum sangat manis padaku. Ah dia berbeda
sekali hari ini. Ia memakai dress putih selututnya. Rambutnya yang sebahu itu dikuncir
ponytail dengan pita biru menghiasi rambutnya.
Wajahnya yang imut semakin terlihat imut
dimataku. Dan oh apa ini, rasa itu hadir lagi. Sebenarnya ada apa dengan diriku
ini?
Pov
End.
Normal Pov
''Kenapa kau masih berdiri disana Chansung-ah?''
tanya Boram yang melihat kearah Chansung.
''Ouh, hehehehe.............'' Chansung
tertawa kikuk ketika ia mendapat pertanyaan itu. Ia juga bingung, kenapa ia
masih disini, sedangkan sang empunya rumah sudah di dalam, mempersiapkan
makanan yang akan dibawa piknik.
Chansung duduk di sofa ruang tamu rumah
Boram. Ia terus memperhatikan gerak-gerik Boram yang masih sibuk dengan
kegiatannya menyiapkan makanan.
''Kajja,'' ucap Boram yang sudah selesai.
Chansung mengangguk dan mengikuti Boram yang sudah berjalan keluar. Ketika
Boram berjalan ke posisi bangku penumpang, Chansung sudah lebih dulu membukakan
pintu mobil, sehingga Boram bisa masuk tanpa bersusah payah. Setelahnya ia
berlari kesisi pengemudi dan masuk.
Chansung melajukan mobilnya menuju ke
tempat yang akan mereka singgahi untuk berpiknik. Cukup jauh perjalanan yang
ditempuh, sebelum akhirnya mereka sampai.
Mereka menggelar tikar di hamparan
rumput yang luas. Di bawah pohon besar. Boram mengeluarkan bekal yang sudah ia
persiapkan.
Boram memasak masakan jepang. Setelah
Boram selesai menata makana, mereka mulai menyantap makanannya. Suasana tenang
tercipta disana, mereka saling melempar senyum. Hembusan angis menerpa
permukaan kulit mereka.
Chansung terus memperhatikan wajah Boram
yang terlihat begitu imut di matanya. Chansung tersenyum melihat cara makan
Boram yang masih meninggalkan sisa-sisa makanan di sudut bibirnya. Tanpa sadar,
tangannya terangkat untuk membersihkannya.
Boram yang terkejut, menengok. Mata
mereka saling bertatapan. Seperti terhipnotis, perlahan namun pasti, Chansung
menempelkan bibirnya diatas bibir Boram.
Kali ini Boram jauh _____ jauh lebih
terkejut. Lalu ia refleks menjauhkan wajahnya dari wajah Chansung. Kemudian ia
menampar Chansung, cukup keras bagi ukuran wanita.
Chansung membelalakkan matanya,
setelahnya ia tersadar bahwa ia sudah melakukan suatu kesalahan. Ia melihat
Boram yang sudah berkaca-kaca.
''Noona,'' ucap Chansung lirih.
¤¤¤¤§§§¤¤¤¤
Boram
Pov
Aku, aku masih tidak percaya dengan apa
yang baru saja terjadi. Aku tidak tau harus merasakan apa, marahkah? Kesalkah?
Atau bahagiakah? Karna ia sudah menciumku. Tapi sepertinya amarah sudah menguasaiku
hingga tanpa aku kehendaki, aku sudah menampar pipi mulusnya itu.
Arrgh aku tidak tahan, lalu aku pergi
meninggalkannya dengan sejuta airmata yang tiba-tiba saja jatuh di pipiku.
Kudengar ia memanggil namaku.
''Boram noona tunggu!'' teriaknya. Tapi
aku tak mau menghiraukannya. Aku terus saja berlari.
Aku pulang ke rumah, seharian itu aku
hanya berada di dalam kamarku. Karna aku sedang tidak ingin bertemu dengan
siapapun.
Pov end.
Tok
tok tok
''Borammie.''
Boram yang sedang menggulung tubuhnya
dengan selimut, mengangkat kepalanya. ''Ne?'' sahut Boram.
''Turunlah, di bawah ada temanmu. Sudah
sejak tadi ia berada diluar.''
''Siapa?''
''Kau temui saja dia. Eomma kira kau
tidak ada, makanya ia menunggumu diluar,'' ucap orang diluar kamar yang
ternyata adalah Boram eomma. Boram langsung bangkit menuju kearah jendela. Lalu
ia melihat mobil Chansung terparkir indah dipekarangan rumahnya. Boram hanya menghela
nafas, lalu ia kembali ke tempat tidurnya.
Lima belas menit berlalu.
Sang eomma sedang berada di bawah
bersama Chansung. ''Aigo, ada apa dengan anak itu! Kenapa ia belum juga
turun,'' ucap sang eomma geram.
''Sudahlah ahjumma, tak apa,'' balas
Chansung sambil mencoba menenangkan Boram eomma.
''Tidak bisa. Kau tunggu dulu ne,
Chansungie,'' ucap ahjumma. Boram eomma beranjak dari kursi menuju ke kamar
Boram.
Saat Boram eomma sudah berada di depan
pintu kamar sang anak, ia langsung mengetuk pintu dengan kasar.
''Ne eomma, mwoya?'' tanya Boram kesal,
ia terlihat acak-acakkan.
''Eomma tidak tau masalah kalian, tapi
eomma harap kalian segera menyelesaikannya!'' Boram menatap eommanya.
''Cepatlah!'' suruh sang eomma yang melihat Boram tak jua melangkahkan kakinya
dari dalam kamar.
''Araseo!''
Boram berjalan menuruni tangga dengan
malas. Ketika sampai di ruang tamu, Boram duduk di hadapan Chansung.
''Baiklah, kalian bisa bicara
sekarang,'' ucap sang eomma, meninggalkan Chansung dan Boram.
''Noona,'' panggil Chansung memulai
pembicaraan. Sekarang mereka sedang berada di taman. Karna Chansung tidak ingin
eomma Boram tau tentang masalah yang sedang terjadi antara dirinya dan
putrinya. ''Noona, aku akui selama ini aku salah,'' lanjut Chansung. ''Soal aku
menciummu, itu juga aku yang salah. Aku melakukannya disaat kita hanyalah
sebagai sahabat.'' Chansung menghela nafas. ''Tapi noona, juju aku melakukannya
karna dorongan dari perasaan yang muncul tiba-tiba disini.'' Chansung memegang
dadanya. ''Aku.......''
''Bohong!'' potong Boram, ''Hentikan
omong kosongmu itu, Hwang Chansung!'' ucap Boram dingin.
''Noona,'' rengek Chansung frustasi.
''Baiklah kalau kau tak percaya, aku akan......''
''Lakukanlah!'' lagi, potong Boram
menantang. Chansung menatap Boram, lalu ia menghela nafas. Setelahnya ia
menarik lengan Boram untuk menjauh dari taman.
Boram memberontak, namun Chansung terus
saja berjalan, hingga ia berhenti di trotoar jalan dipinggir zebra cross.
Mereka terpaku di pinggir jalan, padahal lampu jalan sudah menyala untuk para
pejalan kaki lewat. Akan tetapi, Chansung mulai melangkahkan kakinya disaat
mobil-mobil itu sudah mulai berjalan.
Boram kalut, lalu tanpa menunggu lama,
ia langsung menarik Chansung ke tempat awal. Chansung memeluk Boram erat.
''Paboya, kalau kau ingin mati, matilah!
Tapi jangan di hadapanku!'' teriak Boram sambil terisak.
''Noona..........''
Chansung mengeratkan pelukannya.
¤¤¤¤§§§¤¤¤¤
Boram
pov
Pada malam itu kau bilang padaku bahwa
kau menyesal, awalnya aku tak percaya, tapi kau membuktikannya. Akhirnya akupun
menumpahkan seluruh airmataku, karna aku tak bisa melupakanmu, ku bilang tak
apa-apa, bahkan jika aku hanya bisa melihatmu. Tanpa hentiku meneriakkan bahwa
akupun mencintaimu.
''Boram-ah.'' Ku dengar eomma
memanggilku.
''Ne eomma,'' jawabku.
''Ada Chansung dibawah.''
Senyumku langsung merekah ketika eomma
menyebut nama Chansung. ''Ne eomma, tunggu sebentar.'' Aku langsung turun. Di
bawah sana sudah ada Chansung.
''Sudah siap chagia?'' tanyanya, aku
mengangguk. Kemudian kami pergi meninggalkan rumah sambil bergandengan tangan.
-The End-
28
Juni 2016
0 comments: