Tomorrow - MellyTaenggo [OneShoot]

Tomorrow - MellyTaenggo [OneShoot]

Author : MellyTaenggo
Cast : Byun Baekhyun
Genre : Family, Friendship, Drama
Length : OneShoot
Rating :
Sinopsis : "Aku tidak tahu, esok akan menjadi seperti apa. Mungkin aku akan tenggelam dalam kesepian, selamanya."
Baekhyun -seorang anak kecil yang masih berumur sepuluh tahunan, yang setiap harinya selalu bergelut dengan kesepian. Sang ibu, -Byun Ah Jung- selalu mencampakkan sang anak, karena pekerjaan. Semenjak ayahnya pergi, kehidupan mereka berdua seperti bukan keluarga. Ah Jung bersikap dingin pada sang anak, dan itu alasan mengapa Baekhyun selalu sendiri. Sementara dirinya (re:Baekhyun), ingin memperbaiki semuanya. Apapun caranya, akan ia lakukan.

Credit : MellyTaenggo
'Ketika temanku mendapat kasih sayang dari ibunya, aku hanya tersenyum. Yang sebenarnya sangat menyakitkan bagiku. Ketika temanku merayakan hari ibu bersama ibunya, aku hanya tersenyum lagi. Mencoba mengerti keadaan yang sebenarnya. Aku tidak tahu harus berkata apa ketika temanku bertanya, kenapa kau tidak bersama orangtuamu?, aku hanya membuat alasan yang menurutku tepat, mereka sedang sibuk, yang sepertinya benar adanya. Ibuku jarang memperhatikanku. Walaupun aku merengek di depannya, aku tidak akan dipedulikan. Hidupku penuh dengan kesedihan, terpuruk dalam kesepian. Kebahagiaan, bagaikan angin yang berlalu begitu saja bagiku. Ya Tuhan, apa karena kejadian itu dia membenciku?'
Baekhyun menutup kembali buku hariannya, menaruhnya di rak bersama pulpen di atasnya.
Sebuah kebiasaan yang tak pernah terlewatkan. Setiap malam ia selalu menumpahkan isi hatinya di buku itu, seolah-olah benda itu adalah teman baginya, miris sekali.
Baekhyun bangkit dari kursi, dan beranjak ke tempat tidur.
***
Matahari sudah menampakkan sinar terangnya di ufuk timur. Cahaya panasnya memaksa masuk ke dalam celah jendela, -seperti sorotan lampu, hingga menerangi dua orang yang tengah sarapan pagi. Baekhyun dan sang ibu, -Byun Ah Jung.
Mereka berdua tampak serius, sampai-sampai tidak ada perbincangan satu sama lain. Hanya terdengar suara sendok dan piring yang sesekali teradu. Maklum, Ah Jung sudah lama bersikap dingin kepada sang anak. Ia merasa, anaknya adalah dalang dari semua kejadian yang telah menimpa mereka, -tiga tahun yang lalu. Baekhyun pun sadar akan kesalahannya, dan akan mencoba memperbaikinya. Sebenarnya, ia tak ingin hidup seperti ini terus, hidup dalam kesepian dan kesendirian. Ia ingin semuanya kembali ke awal, dimana ibunya selalu bercanda ria bersamanya, menemaninya tidur setiap malam. Mungkin semua itu hanya harapan belaka, yang tak akan pernah terjadi.
"Eomma," tanya Baekhyun, disela makannya.
"Makanlah dulu, jangan banyak bicara. Nanti kau tersedak." titah Ah Jung, tanpa menoleh. Membuat Baekhyun sedikit enggan untuk memberitahu sesuatu pada ibunya.
"Aku hanya-"
"Baekhyun!" Ah Jung menatap tajam anaknya, hingga Baekhyun tersentak sesaat, kemudian menunduk sedih.
Sebenarnya, Baekhyun hanya ingin memberitahu, kalau besok ada acara di sekolahnya. Kepala sekolah menyuruh semua murid untuk membawa orangtuanya. Apalagi, besok Baekhyun akan tampil. Ia ingin ibunya melihat bakat anaknya. Tapi itu hanya sia-sia saja, sang ibu tidak akan datang.
"Aku sudah selesai, aku pamit pergi." terpaksa, Baekhyun menyisakan makanannya, karena tak berselera. Ia bangkit dari kursinya, sembari meraih ransel yang tadi ditaruhnya di atas meja, lalu menyampirkannya ke pundak. Baekhyun berjalan pergi, tanpa menoleh sang ibu.
***
Dengan malas, Baekhyun berjalan pelan menuju kelasnya. Ia masih di lorong sekolah, wajahnya tampak sayu, matanya terlihat agak memerah. Tak ada semangat di dirinya pagi ini.
"Baekhyun,"
Langkahnya terhenti, setelah seseorang memanggilnya dari belakang. Ia membalikkan badannya, -ke arah sumber suara.
Baekhyun hanya tersenyum saat melihat seseorang itu, yang ternyata -Do Kyungsoo, teman sebangkunya Baekhyun. Sudah lama ia berteman dengan anak itu. Ia sendiri tak akan kesepian di sekolahnya, karena Kyungsoo selalu ada untuknya. Tapi tidak bermain di rumah, ibu Kyungsoo selalu melarang anaknya untuk bermain jauh. Apalagi, Kyungsoo selalu di antar-jemput oleh supir pribadinya. Baekhyun pun selalu diantar pulang, -setiap hari. Ia sedikit kecewa saat Kyungsoo sudah pergi, begitu juga sebaliknya.
"Baekhyun, kenapa kau?" tanya Kyungsoo, sadar akan wajah temannya yang tidak ada keceriaan sedikitpun.
"Em, tidak apa-apa. Hanya terasa dingin." Baekhyun menyentuh kedua pipinya sekilas, mencoba berbohong, agar Kyungsoo tidak cemas terhadapnya.
"Ah, Benar juga. Musim dingin ini, membuatku sedikit beku." Kyungsoo melipatkan kedua tangannya di depan dada, seolah-olah percaya dan setuju dengan perkataan Baekhyun yang sebenarnya tidak benar.
"Ouh,ya, Baekhyun. Ibu Kim menyuruh kita untuk ke koridor musik. Aku tidak sabar ingin menanti hari esok."
Baekhyun mencerna kata-kata Kyungsoo barusan. Ya, ia tak lupa dengan jadwal tampilnya besok.
"Maafkan aku. Sepertinya, aku tidak bisa ikut."
Kyungsoo mengernyitkan dahi.
"Kenapa kau tidak bisa ikut?"
"Tidak tahu. Hatiku serasa enggan untuk tampil di panggung." Baekhyun tersenyum tipis, berharap Kyungsoo mengerti.
"Dan aku, bagaimana?" Kyungsoo membulatkan matanya, membuat Baekhyun tertawa kecil.
"Kau bernyanyi saja dengan Jongdae." saran Baekhyun.
"Ah, baiklah. Terserah kau saja. Aku pusing." Kyungsoo menggelengkan kepala, frustasi.
Kemudian, mereka berjalan bersama menuju kelas.
***
Kali ini, Baekhyun tidak diantar pulang. Ada seseorang yang ingin ditemuinya. Baekhyun sudah mengatakannya pada Kyungsoo.
Ia berniat ingin mampir ke Cafe pamannya, -Park Chanyeol. Cafe bernama 'Bubble Drink' yang letaknya tidak jauh dari sekolahnya.
Sekarang, Baekhyun sudah di tempat penyebrangan. Ketika kakinya diangkat, langkahnya terhenti saat mendengar suara sesuatu di semak-semak sisi jalan, tepat di belakang Baekhyun. Karena penasaran, ia pun membalikkan badan, mencoba mencari sumber suara.
Nampak seekor anjing yang masih kecil tengah terkulai lemas di tanah, dekat pohon. Wajahnya sedikit pucat, tubuhnya kurus seperti tak diberi makan. Ya, benar saja, itu anjing jalanan. Terkejut sekaligus iba, ketika Baekhyun melihatnya. Hati kecilnya seperti menyuruh Baekhyun untuk segera menolong anjing malang itu.
besok.
"Maafkan aku. Sepertinya, aku tidak bisa ikut."
Kyungsoo mengernyitkan dahi.
"Kenapa kau tidak bisa ikut?"
"Tidak tahu. Hatiku serasa enggan untuk tampil di panggung." Baekhyun tersenyum tipis, berharap Kyungsoo mengerti.
"Dan aku, bagaimana?" Kyungsoo membulatkan matanya, membuat Baekhyun tertawa kecil.
"Kau bernyanyi saja dengan Jongdae." saran Baekhyun.
"Ah, baiklah. Terserah kau saja. Aku pusing." Kyungsoo menggelengkan kepala, frustasi.
Kemudian, mereka berjalan bersama menuju kelas.
***
Kali ini, Baekhyun tidak diantar pulang. Ada seseorang yang ingin ditemuinya. Baekhyun sudah mengatakannya pada Kyungsoo.
Ia berniat ingin mampir ke Cafe pamannya, -Park Chanyeol. Cafe bernama 'Bubble Drink' yang letaknya tidak jauh dari sekolahnya.
Sekarang, Baekhyun sudah di tempat penyebrangan. Ketika kakinya diangkat, langkahnya terhenti saat mendengar suara sesuatu di semak-semak sisi jalan, tepat di belakang Baekhyun. Karena penasaran, ia pun membalikkan badan, mencoba mencari sumber suara.
Nampak seekor anjing yang masih kecil tengah terkulai lemas di tanah, dekat pohon. Wajahnya sedikit pucat, tubuhnya kurus seperti tak diberi makan. Ya, benar saja, itu anjing jalanan. Terkejut sekaligus iba, ketika Baekhyun melihatnya. Hati kecilnya seperti menyuruh Baekhyun untuk segera menolong anjing malang itu.
Bergegas, ia menghampirinya. Kemudian berjongkok, di depan anjing itu.
"Anak anjing yang malang. Aku kasihan padamu, apa kau lapar? Baiklah, aku akan menolongmu. Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu." Baekhyun mengelus kepala anjing itu lembut, kemudian memangkunya, dan membawanya menuju Cafe.
Sudah lama ia ingin menginginkan anjing. Memeliharanya, dan merawatnya dengan baik. Ia pikir, anjing adalah teman bagi semua orang. Karena itu, Baekhyun akan memelihara anjing yang ditemuinya tadi. Mungkin dengan anjing itu ia tidak kesepian lagi.
***
Baekhyun sudah masuk ke dalam Cafe. Suasana nampak sepi, di mana para pengunjung dan pegawainya?, apa ini hari libur?.
"Paman," Baekhyun mencarinya ke dapur, tapi tidak ada. Mungkin di lantai atas, -tempat paman Chanyeol tinggal.
Kini, kaki pendeknya mulai menaiki tangga, tangannya menyentuh pagar kayu pembatas yang terterap di sisi tangga. Hingga akhirnya, ia sudah di depan pintu. Ia mencoba mengetuknya, kemudian membuka pintu pelan-pelan.
"Paman," ia melihat pamannya tengah duduk di sofa, sedang membereskan sesuatu.
Sebagian pakaiannya dimasukkan ke dalam koper hitam kecil, yang terbuka di atas meja.
Paman Chanyeol menyadari kehadiran Baekhyun, ia tersenyum ketika melihatnya.
"Baekhyun, kapan kau ke sini? Maafkan paman, paman tidak melihatmu."
Baekhyun hanya tersenyum malu, sembari berjalan masuk.
"Tidak apa-apa, paman." kemudian duduk di sofa.
"Tunggu ya, paman akan membawa minuman untukmu."
Paman Chanyeol beranjak dari duduknya, berjalan menuju dapur yang berada di bawah.
"Baik paman."
***
"Sudah lama kau tidak kesini, kemana ibumu?" Paman Chanyeol memberi Baekhyun minuman strawberry bubble gum, yang merupakan minuman kesukaan Baekhyun.
Saat mendengar pertanyaan itu, Baekhyun serasa malas menjawabnya.
"Sedang bekerja paman."
Paman Chanyeol mengangguk,
"Nampaknya dia sibuk sekali."
Baekhyun tersenyum kikuk sesaat.
"Em, paman, kenapa Cafe-nya sepi. Apa ini hari libur?"
"Tidak. Sebenarnya, hari ini paman akan pergi ke Yongsan, menemui keluarga paman di sana."
"Berapa lama paman akan pergi?"
"Mungkin seminggu lebih. Memangnya kenapa?"
Baekhyun terlihat berpikir.
"Em, tadinya, aku ingin tinggal di sini dalam beberapa hari. Di rumah sangatlah bosan bagiku. Tapi, karena paman akan pergi, aku akan meminta sesuatu saja pada paman. Apa boleh?"
Baekhyun menjelaskan apa yang ada di benaknya. Berharap paman Chanyeol akan mengerti dengan perkataannya barusan.
"Kau mau meminta apa, Baekhyun?"
"Lima bungkus roti dan mie." Baekhyun memperlihatkan lima jari lentiknya sekilas.
Terkejut. Paman Chanyeol langsung melebarkan matanya.
"A-apa?"
Baekhyun mengangguk melihatnya.
Ia tahu kebiasaan pamannya yang selalu membeli roti dan mie di luar, -sebagai makanan tambahan.
"Untuk apa semua itu?"
Baekhyun mengangkat anjing yang tengah dipangkunya dari tadi. Kini ia memberi alasan bodoh, yang sebenarnya untuk dirinya sendiri. Tapi pemikirannya sedikit benar. Roti itu akan berguna untuk makanan anjing, sementara mie untuk dirinya.
"Tadi, aku tak sengaja menemukan anjing malang ini di jalan. Aku kasihan padanya, paman. Ku mohon, tolonglah aku. Anjing ini sangat kelaparan, aku tak tega melihatnya." Baekhyun mengusap kepala anjing itu, menurunkannya kembali.
"Kau anak yang baik, Baekhyun. Aku suka padamu."
"Jadi?" Baekhyun menunggu pemberian dari paman Chanyeol.
"Baiklah, tunggu sebentar ya." paman Chanyeol beranjak dari kursinya, menuju lemari makanan yang tak jauh dari ruangan itu.
Baekhyun tersenyum, sembari memainkan kaki depan anjing dengan berseri-seri.
"Akhirnya," kemudian meneguk minumannya.
***
-Kabur dari rumah adalah satu-satunya cara agar aku bisa memperbaiki semuanya. Aku akan menunggu bagaimana reaksi ibu saat aku menghilang dari rumah. Apa ia akan menangis dan mencariku? Atau hanya diam dan menunggu saja tanpa ada keresahan. Aku memang bodoh, tak bisa mengerti keadaan, putus asa akan semua kesedihan di hidupku. Aku berharap, ibu bisa merasakan ketiadaan anaknya. Sama seperti aku yang selalu kesepian tanpanya.
"Ryeongie, tunggu di sini ya," Baekhyun meletakkan sejenak anjing yang telah diberi nama itu di tepi ranjang. Mongryeong, itulah namanya.
Sementara Baekhyun membuka ransel yang masih berisi buku pelajaran dan alat tulis. Ia mengeluarkannya semuanya, kemudian mengambil baju di lemari, memasukkannya ke dalam ransel. Tak lupa, makanan dari paman Chanyeol pun dimasukkan. Untung saja, uangnya masih ada. Jadi, bisa membeli makanan lagi jika tak cukup.
Baekhyun masih memakai seragam. Sebelum pergi, ia menulis sebuah surat untuk ibunya, 'Maafkan aku, karena tak bisa menjadi anak yang baik. Aku akan memperbaikinya. Selamat tinggal, aku selalu sayang ibu.' Baekhyun menaruhnya di meja belajar.
***
Suasana di halte bus nampaknya sepi, Baekhyun beristirahat sejenak di sana. Karena hari semakin sore, hawa dingin pun terasa menusuk tubuhnya. Walaupun sudah memakai jaket, sepertinya ia masih kedinginan.
"Ryeongie, apa kau lapar? Aku akan memberimu makanan ya,"
Baekhyun mengeluarkan sebungkus roti dari ranselnya, membukanya, dan memberikannya pada Mongryeong.
"Makanlah. Aku tidak ingin kau kurus seperti ini. Sekarang, kau sudah mempunyai teman. Kita akan selalu bersama, ok?"
Seperti biasa, ia selalu mengelus-elus kepala anjing itu. Ia senang bersama Mongryeong sekarang.
.-.
.-.
.-.
Lama-lama Baekhyun menjadi sangat bosan, dan rasanya ingin sekali tidur. Ia sangat kelelahan, wajahnya tampak sayu. Tubuhnya pun sedikit menggigil. Sesekali kepalanya bergerak memiring, karena tak kuat mengantuk. Ia pun merasakan anjingnya gemetar, mungkin kedinginan juga. Bergegas ia memeluknya erat, agar terasa hangat.
"Ryeongie, sebenarnya aku takut, takut sekali." Baekhyun tiba-tiba merenung, matanya sedikit berkaca-kaca.
"Pasti kau juga merasakan hal itu, kan. Tidak ada seorang ibu di sisi kita sekarang. Ryeongie, kita harus bagaimana?" air matanya mulai keluar, tapi Baekhyun menghapusnya cepat-cepat.
Sedih. Hal itu sangat dirasakan oleh Baekhyun. Menyakitkan, ia tak tahu hari esok akan menjadi apa. Hanya rasa takut yang tertancap di hatinya. Takut ibunya tidak akan pernah memaafkannya, takut seseorang menyakitinya dan Mongryeong, takut terpuruk dalam kesendirian selamanya. Sekarang, tak ada lagi yang bisa melindungi mereka berdua. Baekhyun berharap, semuanya akan baik-baik saja.
Hingga sebuah mobil merah berhenti di sana. Suara klakson-nya membuat lamunan Baekhyun terbuyar. Ia langsung menatap mobil itu, nampak seseorang tengah membukakan pintu mobil.
Seorang anak keluar dari mobil itu, ia memakai coat cokelat selutut. Syal-nya yang terbelit di leher, membuat sebagian wajahnya tertutup. Benar saja, musim dingin tahun ini sedikit berbeda. Hawa dingin pun tak bisa dipungkiri, seperti memaksa semua orang untuk memakai pakaian hangat.
Anak itu berjalan pelan menghampiri Baekhyun.
"Kyungsoo?" Baekhyun sedikit terkejut, saat melihat itu -Kyungsoo.
"Baekhyun, sedang apa kau di sini? Hari sudah sore, kenapa kau belum pulang dan mengganti baju?" Kyungsoo melihat kerah seragam yang menjulur keluar.
"Aku," Baekhyun merasa bingung, tak tahu harus mengatakan apa. Tidak mungkin ia menjelaskan semuanya. Ia takut Kyungsoo akan menelpon ibunya.
"Naiklah aku akan mengantarkanmu." Kyungsoo mengalungkan tangannya di tangan Baekhyun.
"Ti-tidak, aku tidak akan pulang. Aku sedang menunggu seseorang di sini." Baekhyun mencoba meyakinkan temannya itu.
"Siapa dia?" Kyungsoo seperti tak percaya.
"Bukan siapa-siapa."
"Tidak mungkin. Aku tahu kau kabur dari rumah kan? Makanya kau duduk di sini. Dari tadi aku sudah melihatmu dari kejauhan, Baekhyun. Kau merenung dan berbicara dengan anjing itu." Kyungsoo nampak marah, ia melepaskan tangannya.
Ya, saat Kyungsoo pulang dari toko game, tak sengaja ia melihat Baekhyun sedang duduk di halte bersama anjingnya. Ia menatapnya lama, kemudian menghampirinya karena penasaran. Ternyata tebakannya benar, Baekhyun kabur dari rumahnya.
"K-kyungsoo, jadi, kau memandangiku dari tadi?"
Kyungsoo mengangguk.
"Cepatlah, hawanya dingin sekali. Aku tak kuat merasakannya." Kyungsoo membenarkan kupluk hitam berbulunya.
"Aku tidak mau pulang. Aku akan tetap di sini."
"Apa kau tidak kasihan pada anjingmu itu? Dia tampak menggigil. Kau mau dia sakit dan mati kedinginan?" perkataan Kyungsoo seperti mengancam, hal itu membuat Baekhyun sadar. Ia menatap Mongryeong sejenak.
"Naiklah, aku akan membawamu ke rumahku."
Baekhyun menengadahkan kepalanya, menatap Kyungsoo tersenyum.
"Terima kasih."
Baekhyun beranjak dari kursinya, berjalan menuju mobil bersama Kyungsoo.
***
"Kenapa kau kabur, Baekhyun?" Kyungsoo memulai pembicaraan, saat mobil tengah melaju. Ia dan Baekhyun duduk di kursi belakang.
"Tinggal di rumah, bagaikan neraka bagiku." jawab Baekhyun, tak menoleh. Tatapannya fokus ke arah pemandangan yang ada di sekitar jalanan, yang ditengoknya dekat jendela mobil.
Kyungsoo hanya berdehem, mencoba mengerti.
"Aku juga merasakan hal itu."
"Benarkah?" kali ini Baekhyun langsung menoleh, karena penasaran.
"Tapi, untungnya aku punya Play Station, jadi bisa bermain dengannya setiap saat."
Wajah Baekhyun berubah drastis, saat mendengar penjelasan konyol dari Kyungsoo. Ia sebal karena sudah serius ingin mendengarkannya.
"Aish, kau ini. Selalu saja main-main. Bisakah kau bersikap dewasa sedikit?" Baekhyun memicingkan mata sipitnya, menyarankan temannya itu dengan kata bijak.
Tapi itu ditolak Kyungsoo mentah-mentah, ia seperti tak setuju dengan saran temannya itu.
"Hei, Baekhyun? Kau dan aku masih kecil. Umur kita baru sepuluh tahun, bagaimana bisa kita tampak dewasa. Aku sangat tak suka menjadi orang dewasa, itu melelahkan."
"Melelahkan? Apa kau pernah merasakannya?"
"Orangtuaku bekerja sepanjang hari. Waktu istirahat pun terbatas, aku sangat kasihan pada mereka." Kyungsoo menhirup napas kasar, pandangannya lurus ke depan, mencoba membayangkannya.
"Jadi karena itu kau tidak mau menjadi dewasa?" Baekhyun mengikuti Kyungsoo, memandang ke depan. Tangannya, sesekali mengelus kepala Mongryeong yang tengah tertidur.
"Benar. Aku tidak ingin merasa lelah. Aku ingin hidup bebas semauku."
"Ayahku pernah bilang, 'anak kecil tumbuh menjadi seorang remaja, lambat laun akan menjadi dewasa dan tua'. Jadi kau akan seperti itu hingga kau kakek-kakek?"
Canda Baekhyun, sembari tertawa kecil. Membuat Kyungsoo mengernyitkan dahi. Ia menoleh sinis Baekhyun.
"Apa?"
Baekhyun hanya terkekeh pelan, kemudian beralih pandangan kembali ke arah jendela mobil.
***
"Sudah sampai, tuan kecil."
Perbincangan mereka pun terhenti, ketika mobil sudah di depan rumah. Kyungsoo dan Baekhyun turun dari mobil, dan berjalan menuju rumah. Sementara sang supir, memarkirkan mobilnya di tempat parkir.
"Wah, rumahmu bagus sekali." Baekhyun terpesona, saat melihat penampakan rumah Kyungsoo yang seperti istana.
"Aish, sudahlah. Jangan dipikirkan. Ayo masuk." Kyungsoo menarik tangan Baekhyun ke dalam.
***
Interior klasik di dalam rumah Kyungsoo, cukup menarik perhatian Baekhyun. Rasanya ia seperti di surga, sampai-sampai matanya tak berkedip, karena terus menyapu pandangan di sekitar ruangan. Terlihat foto-foto keluarga dan lukisan tergantung di sekitar tembok, begitu indah. Hampir semua cat dindingnya berwarna cokelat keemasan. Karpet besar pun membentang di ruang tengah, di kelilingi sofa berwarna putih polos dengan meja persegi panjang di tengahnya. Sangat elegan.

Wajar saja, Kyungsoo adalah anak dari pengusaha Fashion terkenal di Seoul. Ayahnya menjabat sebagai direktur, sementara sang ibu seorang desainer ternama. Orangtua Kyungsoo dan Baekhyun selalu bertemu setiap tahunnya, tepatnya saat kenaikkan kelas. Tapi sekarang, mungkin jarang. Ah Jung seperti enggan mengantar anaknya lagi.
Kini, Baekhyun berada di kamar Kyungsoo, tepatnya di lantai atas. Tatapannya menunjukkan sebuah keheranan, saat ia melihat Kyungsoo tengah mencari sesuatu di lemari baju.
"Kyungsoo, kau sedang mencari apa?" tanya Baekhyun, sembari duduk di tepi ranjang.
"Baju."
Baekhyun mengangkat sebelah alisnya, sedikit bingung. Padahal, baju Kyungsoo tergantung penuh di lemari.
"Baju? Apa kau tak sadar, bajumu begitu banyak, Kyungsoo. Dan kau, masih mencari baju yang pas untukmu?"
"Bukan. Maksudku, baju untuk besok."
Baekhyun nampak berpikir sejenak.
"Untuk tampil di sekolah, maksudmu?"
"Benar."
Baekhyun mengangguk pelan, pandangannya lalu beralih ke bawah. Ia tersenyum tipis saat melihat Mongryeong tengah menjilat kakinya. Tingkah manisnya, membuat tangan Baekhyun seperti gemas, untuk terus mengelus-elus kepala anjingnya itu.
"Baekhyun, apa ini cocok?"
Baekhyun menoleh kembali, saat Kyungsoo memperlihatkan sebuah kemeja abu-abu bergaris, dengan pita di tengah kerahnya. Baekhyun memperhatikannya sejenak.
"Menurutku, itu cocok dengan tubuh mungilmu." komentar Baekhyun, penuh canda.
Dengan cepat, Kyungsoo memicingkan matanya.
"Aish, kau ini. Apa kau tidak sadar dengan tubuhmu sendiri?" Kyungsoo membalikkan fakta.
"Peace." dengan polos, Baekhyun mengangkat tangannya. Jari lentiknya membentuk huruf 'V'.
"Baiklah, aku akan memakainya besok. Tapi, apa kau sungguh tidak akan datang ke acara?" seraya menggantungkan pakaian kembali di lemari, Kyungsoo bertanya hal itu lagi pada Baekhyun. Sebenarnya, ia masih ragu-ragu.
"Kenapa kau masih tak percaya padaku?"
"Tidak, aku hanya, masih ragu-ragu."
Kyungsoo menutup lemari itu, berjalan menghampiri Baekhyun.
"Aku ingin menenangkan pikiranku. Aku takut, sangat takut Kyungsoo." Baekhyun menunduk sedih.
"Jangan takut, aku akan selalu ada untukmu." Kyungsoo mencoba menghiburnya. Ia menepuk pundak temannya itu pelan.
"Terima kasih, kau memang teman terbaikku." Baekhyun tersenyum, yang kemudian dibalas oleh Kyungsoo.
"Kyungie,"
Saat mendengar suara seseorang, mereka berdua saling melempar pandangan.
"Apa itu eomma-mu?" tebak Baekhyun.
Kyungsoo mengangguk, kemudian sadar akan sesuatu.
"Ya Tuhan, ibuku tidak suka anjing." bergegas ia mengambil Mongryeong dari Baekhyun, menyembunyikannya di dalam lemari baju.
Baekhyun hanya terdiam, melihat tingkah aneh temannya itu.
"Aku akan keluar, kau di sini saja, ya." Kyungsoo berjalan menuju pintu, sementara Baekhyun hanya mengangguk.
Saat Kyungsoo membuka pintu kamarnya, ia sedikit terkejut ketika sang ibu sudah berdiri di depannya. Bibirnya lalu menyunggingkan sebuah senyuman.
"Kau terlihat dingin, Kyungie." sang ibu menyentuh pipi anaknya itu lembut.
Sangat perhatian. Hal itu membuat Baekhyun sedikit iri.
"Tidak apa-apa, eomma." Kyungsoo tersenyum mendengarnya.
"Ah, Baekhyun. Sudah lama ajhumma tidak melihatmu." Ibu Kyungsoo sadar akan kehadiran Baekhyun. Baekhyun berdiri, kemudian membungkuk sekilas, seraya tersenyum.
"Kyungsoo, nanti ajak Baekhyun makan ya?" ibu Kyungsoo mengelus rambut anaknya sekilas, kemudian pergi.
"Iya, eomma."
Kyungsoo menutup kembali pintu, bersandar lega.
"Akhirnya,"
Baekhyun tak lupa dengan Mongryeong. Bukan takut jika anjingnya mati kehabisan napas, tapi takut baju Kyungsoo akan kotor. Karena ia, belum sempat membersihkan tubuh anjingnya.
"Kyungsoo?"
"Heum..."
"Anjingku," Baekhyun menunjuk lemari.
"Ya Tuhan, bajuku." dengan cepat Kyungsoo berlari menuju lemari, mengeluarkan Mongryeong dari sana.
Baekhyun hanya terkekeh pelan,
"Dasar."
***
Hari sudah berganti malam. Kini, Baekhyun dan keluarga Kyungsoo tengah makan bersama di ruang makan lantai bawah. Mungkin, sekarang Baekhyun akan tinggal di sini dulu sementara. Karena tak ingin menyusahkan mereka.
Di sela-sela makannya, Baekhyun tersenyum tipis. Sudah lama ia tak merasakan moment-moment membahagiakan ini, rasanya iri sekali.
"Apa orangtuamu tidak mengkhawatirkanmu?"
Pertanyaan ayah Kyungsoo, membuat Kyungsoo dan Baekhyun melebarkan matanya, hingga makannya terhenti tiba-tiba.
"I-tu, aku-"
"Tidak, ayah. Baekhyun sudah meminta izin, untuk menginap di sini."
Baekhyun terdiam, saat Kyungsoo memotong ucapannya. Selamat, karena temannya sudah menolongnya. Walaupun, dengan penuh kebohongan.
Kyungsoo menatap Baekhyun, penuh arti. Seperti mengatakan 'Jangan khawatir.' Baekhyun hanya tersenyum melihatnya.
"Kenapa baru sekarang, kau main ke sini?" tanya ibu Kyungsoo.
"Aku takut." Baekhyun terlihat kikuk, saat menjawabnya.
"Eh? Kenapa kau takut. Apa Kyungsoo melarangmu?"
Dengan cepat, Kyungsoo mengelak.
"Ibu, tidak mungkin aku mengajaknya, jika dia dilarang masuk ke rumah ini."
Sang ibu tertawa kecil, saat melihat ekspresi anaknya.
"Ibu hanya bercanda."
***
"Baekhyun?"
"Hm,"
"Sampai kapan kau akan kabur?"
"Tidak tahu."
"Aku takut, ibumu menangis dan mencarimu."
Kyungsoo mempererat tangannya, saat menggenggam selimut. Sedikit cemas, tatapannya terus mengarah ke langit-langit kamar. Sementara Baekhyun, yang juga berbaring di sampingnya, tetap bersikap biasa. Sesekali matanya menoleh Mongryeong, yang tengah tertidur di kursi dekat meja belajar Kyungsoo.
"Kenapa dia menangis? Dia tidak pernah memperdulikanku, bagaimana bisa dia akan mencariku,"
"Aku bingung, kenapa ibumu menjadi seperti itu. Baekhyun, ingatkah saat kita masih satu SD, ibu dan ayahmu membelikan kita ice cream."
"Itu sudah tiga tahun yang lalu, ayahku sudah tidak ada sekarang. Bahkan otakku tidak menyimpan ingatan itu."
"Apa ibumu marah, karena-"
"Sudahlah, besok kau sekolah. Ayo kita tidur."

Baekhyun menghentikan pembicaraan, yang sebenarnya tak ingin menceritakan tentang kejadian buruk itu. Ia mencoba menghapus dari ingatannya. Kejadian yang telah membuat hidupnya seperti ini. Baekhyun menbenci dirinya sendiri.
"Selamat tidur." kata Kyungsoo, sembari menutup matanya, -tertidur.
"Selamat tidur juga." berbeda dengan Baekhyun. Hati dan pikirannya seperti saling berdebat, tidak ada ketenangan dalam dirinya saat ini. Ia mencoba menutup matanya, memaksa agar tidur.
***
Cahaya matahari yang menyelinap masuk ke celah jendela, membuat mata Baekhyun kesilauan, hingga terbangun. Tubuhnya menggeliat pelan, seraya mengucek matanya.
Tanpa disadari, Kyungsoo sudah tidak ada di sampingnya. Kemana dia? Baekhyun terkejut, saat melirik jam dinding, sudah jam 9 pagi. Ia pun beranjak dari tempat tidur, berjalan malas menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamar Kyungsoo.
Langkahnya terhenti, saat matanya beralih ke Mongryeong. Ia tersenyum tipis sekilas, kemudian berjalan kembali.
***
Sepi sekali, saat Baekhyun menengok keadaan rumah Kyungsoo di bawah. Kakinya masih menuruni tangga.
"Ryeongie, aku akan membawamu jalan-jalan, ok." Baekhyun memangku Mongryeong, yang sudah terbangun. Sembari membawa sebungkus mie dan roti.
***
Saat di pekarangan rumah, Baekhyun memutuskan untuk duduk di teras. Mongryeong duduk di sampingnya dengan ceria.
"Hah," Baekhyun menghela napas kasar, hingga kabut putih keluar dari mulutnya.
Sangat nyaman, ketika merasakan sejuknya pagi hari. Apalagi di sekitar pekarangannya terdapat tumbuhan hijau yang segar, ditambah angin yang menerpa wajahnya lembut.
"Ryeongie, makanlah roti ini. Sementara aku, memakan mie." ia menyodorkan roti yang telah di buka plastiknya pada Mongryeong, sementara dirinya memakan mie instant yang masih kering.
.-.
.-.
.-.
Setelah habis memakan mie, pikiran Baekhyun tiba-tiba kosong. Ia duduk termenung, sambil menyangga dagu. Hingga tak sadar Mongryeong berlari mengejar kucing. Bergegas, Baekhyun bangkit, -mengikuti anjingnya.
"Ryeongie! Jangan kesana." Baekhyun terus mengejar Mongryeong, yang berlari ke jalan. Ia takut, anjingnya tertabrak mobil.
Dan saat kucing itu menyebrang, Mongryeong juga ikut menyebrang. Baekhyun sontak terkejut, mencoba mempercepat langkahnya. Tiba-tiba saja sebuah mobil melaju tepat di arah Mongryeong. Baekhyun membelalakkan matanya, kaget.
"Ryeongie!" Dengan cepat, Baekhyun mendorong anjingnya ke sisi jalan. Sementara mobil sudah dekat, Baekhyun hanya terdiam menatapnya. Suara klakson pun terus terdengar, tapi tidak membuat Baekhyun sadar. Hingga akhirnya,
"Eomma!"
***
"Eomma, appa," jeritan Baekhyun membuat orangtuanya tersadar dari tidurnya. Bergegas, mereka berdua berlari ke kamar anaknya.
"Eomma, appa, aku takut." sementara di sisi lain, Baekhyun tengah menangis di tempat tidurnya. Melihat api yang tengah menyambar sebagian kamarnya, membuat perasaannya semakin tertekan. Ia terus menangis, berharap ibu dan ayahnya segera datang.
"Ya Tuhan, kebakaran." Ah Jung sontak terkejut, ketika sampai di ambang pintu kamar anaknya. Mendapati kobaran api yang tengah mengelilingi Baekhyun di dalam. Begitu juga dengan sang ayah, pikirannya kalut. Ia terus mencari cara, agar bisa mengeluarkan sang anak dari sana.
"Baekhyun, tetap di sana. Appa akan menghampirimu."
Tapi itu, malah dilarang oleh Ah Jung.
"Suamiku, ini berbahaya. Kau bisa kehabisan napas."
"Jangan khawatir, aku tidak akan apa-apa. Cepat telpon pemadam kebakaran." titah sang suami, yang akhirnya dituruti oleh Ah Jung. Ia berlari ke ruang tengah, -menelpon pemadam kebakaran.
"Appa," panggil Baekhyun, lirih. Tangisannya terus terdengar, tak bisa berhenti.
Bergegas, sang ayah pun melangkah cepat menuju Baekhyun. Hingga kakinya sedikit kesakitan, karena terkena api. Baekhyun langsung memeluknya.
"Appa, aku takut."
"Tenanglah, appa sudah menolongmu. Apa kau tidak apa-apa, Baekhyun." tangan sang ayah mengelus punggung anaknya, lembut.
"Tidak apa-apa, appa."
"Ya sudah, cepat naik ke punggung appa." sang ayah berjongkok memunggungi Baekhyun, ia bermaksud ingin menggendongnya, agar tak terkena api.
Baekhyun mengerti, yang kemudian naik ke punggung ayahnya, ia mengalungkan kedua tangannya di bahu sang ayah.
Ayah Baekhyun pun berusaha melompat, agar tak terkena api lagi.
"Ayah,"
Tiba-tiba saja, sang ayah terkulai lemas saat menurunkan Baekhyun. Baekhyun pun mencoba menyadarkannya, dengan menepuk pipinya pelan.
"Suamiku, kau tidak apa-apa?" Ah Jung langsung terkejut ketika sang suami tergeletak di ambang pintu.
"Baekhyun, telpon ambulan. Sementara ibu, akan mengangkat ayahmu ke luar."
Baekhyun bergegas menelpon ambulan.
"Suamiku, bangunlah."
***
Para pekerja pemadam kebakaran sudah bersiap untuk memadamkan api, mobil ambulan pun sudah datang. Ah Jung dan Baekhyun masuk ke mobil, saat ayahnya sudah di bawa ke dalam. Ambulan pun mulai melaju menuju rumah sakit. Para tetangga tampak terkejut, mereka melihat dari luar dengan seksama.
***
Setelah sampai di rumah sakit, ayah Baekhyun langsung dimasukkan ke dalam ruang UGD. Wajahnya nampak pucat sekali.
Sementara Baekhyun dan Ah Jung menunggu di luar, dengan rasa cemas yang terus menghantui pikiran mereka. Ah Jung sadar, kalau suaminya mengidap penyakit paru-paru. Makanya, tadi ia melarang. Ia takut suaminya kenapa-kenapa, karena menghirup asap saat menolong Baekhyun. 'Oh Tuhan, tolong selamatkan dia.'
30 menit kemudian...
Clek!
Pintu terbuka pelan, sang dokter berjalan keluar, untuk menyampaikan semuanya pada keluarga pasien. Ah Jung dan Baekhyun pun lega, saat sang dokter telah menanganinya. Mereka berharap, bisa mendengar keajaiban.
"Dokter, bagaimana keadaan suami saya? Apa dia sudah sadar?" tanya Ah Jung, lirih.
"Aku tak sabar ingin menemuinya, pak dokter." lanjut Baekhyun.
"Dengan berat hati, saya katakan... Bahwa pasien tak bisa tertolong lagi. Untuk itu, kami minta maaf. Permisi." pak dokter itu pergi meninggalkan mereka berdua yang tengah terdiam sedih.
Spontan, pernyataan sang dokter membuat suasana hati mereka berubah. Ah Jung masih terdiam di tempat, mencoba mengulang kembali kata-kata pak dokter. Sementara, Baekhyun langsung berlari ke dalam, sambil menangis.
Nampak dua orang perawat tengah melepaskan alat bantu napas di tubuh ayah Baekhyun. Baekhyun berhenti di depan ranjang. Tubuhnya seketika lemas, ia menatap nanar wajah sang ayah, jiwanya seperti tak ada daya lagi untuk menahan kesedihan saat ini.
-Appa, aku rindu senyumanmu, aku rindu tatapanmu, aku rindu semua yang kau lakukan padaku. Apa itu candaan atau rasa marah. Maafkan aku, benar-benar maafkan aku. Ini semua salahku, mengapa aku selalu membentakmu. Aku tidak pernah mendengarkan larangan dan nasehatmu. Aku menyesal, sangat menyesal.
Dengan cepat, Baekhyun menghampiri tubuh sang ayah, memeluknya erat sambil menangis.
"Appa, bangunlah! Kumohon, jangan tinggalkan aku dan ibu." tangannya terus mengguncangkan tubuh ayahnya, yang sudah tertidur selamanya.
"Maafkan aku, appa. Aku benar-benar minta maaf. Seharusnya, aku tidak selalu menyalakan lilin setiap malam di kamarku. Aku menyesal, karena tak mendengarkanmu. Kumohon, appa, bangunlah.Aku janji tidak akan melakukannya lagi."
Baekhyun sadar akan kesalahannya. Mengapa ia tak mendengarkan larangan ayahnya, yang setiap kali terdengar olehnya, tapi diabaikan. Sang ayah melarang Baekhyun, agar tidak selalu menyalakan lilin setia malam dekat nakas, Karena itu sangat berbahaya. Apalagi berdampingan dengan gorden jendela. Tapi itu sudah kebiasaan Baekhyun. Tanpa lilin, ia tak bisa tidur. Kini, kejadian buruk pun terjadi. Lilin itu jatuh ke bawah tepat mengenai gorden, api pun merambat hingga kesebagian kamar Baekhyun. Yang pada akhirnya, hanya ada penyesalan dalam diri Baekhyun sekarang.
"Pergilah!"
Tiba-tiba Ah Jung menyuruh Baekhyun untuk pergi, ia menatap sinis anaknya, sembari berdiri di ambang pintu. Wajahnya sayu, matanya sipitnya terus memerah dan mengeluarkan air mata.
Baekhyun terperangah saat mendengar perkataan ibunya barusan. Ia melepaskan pelukan dari tubuh ayahnya, berdiri mengarah Ah Jung, dan menatapnya sedih.
"Eo-eomma," yang kemudian berjalan pelan menuju ibunya.
"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu. Cepat pergi dari sini."
Karena rasa sedih dan semakin merasa bersalah, Baekhyun berlari meninggalkan ruang UGD sambil menangis.
"Eomma, eomma." dia terus menangis sejadi-jadinya di lorong rumah sakit. Tak tahu harus melakukan apalagi selain menangisi semuanya. Ia benar-benar menyesal.
"Eomma, jangan menjauhiku.., Kumohon.
***
"Eomma, eomma." Baekhyun tersadar dari pingsannya, ia terus menggelengkan kepalanya, panik.
Sekarang, Baekhyun tengah terbaring di ranjang rumah sakit, akibat kecelakaan tadi. Saat ia ingin menghindar, ia tersungkur ke sisi jalan, yang menyebabkan luka di sebagian tubuhnya. Kakinya mungkin tak akan bisa berjalan dalam beberapa hari ini, karena benturan mobil yang sedikit keras.
"Baekhyun, kau sudah sadar?"
Kyungsoo, yang sedari tadi menunggu bersama ibunya, langsung menghampiri Baekhyun. Ia menggenggam erat tangan temannya itu.
"Eomma,"
"Aku Kyungsoo, bukan eomma-mu." ujar Kyungsoo tenang.
"Mungkin, dia rindu ibunya." ibu Kyungsoo mengusap pundak anaknya sekilas. Kyungsoo mengangguk sedih.
"A-aku, aku sedang dimana? Tubuhku, kakiku, rasanya sakit sekali." keluh Baekhyun, sembari membuka matanya. Ia menyapu pandangan di sekitar, mencoba memperhatikan tempat apa ini? Sebenarnya, ia belum sadar sepenuhnya. Ingatannya masih menjalur ke masa lalunya.
"K-kyungsoo," Baekhyun menoleh ke arah temannya.
"Diamlah sebentar, kata dokter kau harus istirahat dulu, jangan banyak bergerak." suruh Kyungsoo, sedikit khawatir. Ia langsung cemas, saat mendengar kabar kalau Baekhyun pingsan di jalan. Kebetulan, sang supir dalam perjalanan pulang. Ia terkejut, setelah melihat teman tuan kecilnya itu tergeletak di sisi jalan, dengan keadaan tak sadarkan diri. Ia pun bergegas menolongnya, membawanya kerumah sakit. Tak beberapa lama, ia mengabarkannya pada tuan kecil, dengan kembali ke sekolah. Kyungsoo pun terpaksa melewatkan acara, untuk melihat keadaan Baekhyun.
Dan sekarang, setelah beberapa jam, Baekhyun sadar dari pingsannya. Kyungsoo nampak senang melihatnya. Ia berharap ini yang terakhir.
"Eomma, aku ingin bertemu dengannya." ucap Baekhyun, membuat Kyungsoo dan ibunya saling melempar pandangan.
"Eomma-mu, dia-"
Clek!
Suara pintu terbuka, membuat ucapan Kyungsoo terpotong. Alhasil, mereka bertiga mengalihkan pandangan ke arah pintu. Siapa orang itu?
"Baekhyun," dan sosok yang dirindukan Baekhyun, akhirnya datang kehadapan matanya. Sang ibu, ia benar-benar menangis terdiam, Baekhyun bahagia melihatnya. Ia tak tahu harus berkata apa, ketika menatap mata sang ibu yang nampak mengkhawatirkannya. Dia benar-benar bahagia.
"Eomma," panggil Baekhyun, matanya mengeluarkan air mata kebahagiaan, tak bisa menahannya.
Bergegas, Ah Jung menghampiri Baekhyun, dan memeluknya erat.
Hati Baekhyun serasa damai, perasaannya seperti pulih kembali. Inilah yang diinginkan Baekhyun selama ini, sebuah pelukan, sebuah kedekatan lagi dengan ibunya.
"Baekhyun, maafkan eomma. Eomma sudah menjadi ibu yang dingin terhadapmu. Eomma menyesal sekali." jelas Ah Jung, sedih.
"Tidak eomma, seharusnya aku yang minta maaf padamu. Aku adalah orang yang telah merusak kehidupanmu," ujar Baekhyun, yang masih merasa bersalah.
"Jangan berbicara begitu. Kau tidak salah, kau tidak tahu apa-apa waktu itu."
"Apa eomma akan memaafkanku?" Baekhyun melepaskan pelukan, menatap ibunya dalam.
Sang ibu pun lantas mengangguk, sambil tersenyum. Baekhyun membalasnya tulus, kemudian memeluk kembali ibunya.
"Terima kasih, eomma. Aku menyayangimu."
"Eomma selalu menyayangimu. Maafkan eomma ya,"
Pemandangan indah itu pun membuat Kyungsoo dan ibunya ikut senang.
"Oh,ya. Ryeongie, dimana dia?" Baekhyun tiba-tiba teringat Mongryeong. Ia melepaskan kembali pelukan dengan sang ibu, menoleh Kyungsoo.
"Anjingmu,"
"Apa dia baik-baik saja?" Baekhyun tampak cemas.
Guk..Guk..Guk..
Terdengar gonggongan anjing di ambang pintu, ternyata ayah Kyungsoo tengah memangkunya ke dalam. Ia sengaja memberi kejutan pada Baekhyun, dengan anjing itu.
"Ryeongie," Baekhyun terlihat senang saat melihatnya. Pelan-pelan, ia berusaha duduk bersandar.
"Kau tidak apa-apa kan?"
"Dia baik-baik saja, Baekhyun." ayah Kyungsoo memberikannya pada Baekhyun.
"Terima kasih, ajhussi."
Baekhyun mengusap kepala Mongryeong lembut. Untung saja, Mongryeong tidak apa-apa.
"Ryeongie?" Ah Jung tampak terkejut melihatnya. Baekhyun tersenyum.
"Ya, eomma, ini anjingku. Dia akan menjadi peliharaanku, bolehkan eomma?"
Sang ibu mengelus rambut Baekhyun, dengan senang hati ia mengangguk.
"Terima kasih, eomma."
"Nanti, setelah kau pulang dari sini, kita akan langsung pergi ke Yongsan. Ke pamanmu."
"Benarkah?"
"Kita akan pindah ke sana."
"Tapi," nampaknya Kyungsoo kecewa.
"Eomma, aku dan Kyungsoo bagaimana? Tidak mungkin aku meninggalkannya." keluh Baekhyun.
"Setiap minggu atau liburan, pasti kau akan bertemu." jelas sang ibu.
Baekhyun dan Kyungsoo pun saling tersenyum.
"Kyungsoo, aku ingin memelukmu."
Baekhyun ingin merasakan pelukan dari temannya sebentar.
Kyungsoo pun mendekatinya, memeluknya erat. Sementara Baekhyun hanya mengalungkan sebelah tangannya, karena ia sedang memangku Mongryeong.
"Terima kasih, kau memang sahabat terbaikku." kata Baekhyun.
"Kau akan kesini lagi kan? Bermain denganku,"
"Aku janji, akan selalu ke rumahmu, saat libur sekolah."
"Aku akan memegang janjimu." Kyungsoo melepaskan pelukan, tiba-tiba saja jari kelingkinya ia perlihatkan pada Baekhyun. -sebuah tanda untuk mengikat janji.
Baekhyun tersenyum, kemudian mengalungkan kelingkingnya di kelingking Kyungsoo.
"Baekhyun dan Kyungsoo akan selalu bersama, selamanya."
mereka berdua tersenyum bahagia.
***
The End...

Tomorrow by MellyTaenggo © 2015 All Rights Reserved

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 comments:

Powered by Blogger.

Translate

Labels

15& 2AM 2NE1 2PM 5Dolls 9Muses After School Ahn Eunjin Ahn Seo Hyun Ahn Sohee auliasyalwa B.A.P B1A4 Bae Sun Mi Bae Suzy Baek A Yeon Baek Azizah Baek Yebin Baek Yerin Bambam Baro Bestie Big Bang Boyfriend Brothership BTOB BTS Byun Baekhyun Cha Hyun Rin Chapter Cho Kyuhyun Choi Hanny Choi Seung Hyun Choi Seungri Choi Siwon Choi Sungmin Choi Youngjae Cholict Click-B CNBLUE Comedy D.O Davichi DAY6 DIA Do Kyung Soo Donghyun Drama Eunhyuk EXO EXO-K EXO-M F.T. Island Fafiter Challenge Family FANFICTION Fantasy Friendship GFriend Girls' Generation Go Ahra GOT7 Ham Eunjung Han Hye Sun Han Hyo Joo Han Hyori Han Nayeon Hurt Hwang Chansung Hwang Minhyun Im Yoona Jang Geun Suk Jang Wooyoung Jenny Jeon Boram Jia Jinyoung Joo Ji Hoon Jr Jung Ho Seok Jung Il Woo Jung Jinwoon Jung Min Joo Jung Yerin Jung Yong Hwa Juniel Kaeun Kang Hye Ri Kang Hyo Rya Kang Min Hyuk Kang Yo Ra Kang Young Hyun Khunpimook Bhuwakul Kim Bum Kim Dani Kim Hanny Kim Hanny/Choi Hanny Kim Ji Ah Kim Jong In Kim Jong Woon Kim Min Jung Kim Nam Gil Kim Nam Joon Kim Nana Kim Naya Kim Seok Jin Kim So Eun Kim Soo Hyun Kim Sookyu Kim Wonpil Kim Woo Bin Kim Yugyeom Kris Wu Krystal Jung Lee Areum Lee Donghae Lee Hae Na Lee Hyo Jin Lee Hyo Ra Lee Hyukjae Lee Jae In Lee Jang Woo Lee Ji Eun Lee Jong Suk Lee Junho Lee Keina Lee Keumjo Lee Min Ho Lee Qri Lee Seung Gi Lee Sungmin Lee Sunny Lee Yo Won Married-life MellyTaenggo MeloDrama Min Yoon Gi Mistery Myoui Mina Na Haeryung Nam Gyuri Nichkhun Horvejkul Noh Lee Young NU'EST OC Oh Ha Ni Oh Jong Hyuk Ok Taecyeon OneShoot Park Chan Yeol Park Hyomin Park Jae Hyung Park Ji Eun Park Jihyo Park Jimin Park Jiyeon Park Keyla Park Se-young Park Shin Hye Park Soyeon Park Sungjin Park Yeon Jung Rap Monster Risma Song Romance Romantic Roy Kim Ryewook Sandara Park Sandeul School-life SeoHyun Sequel Shannon William Song Minyoung Sowon SPEED Sung Hyun Jae Super Junior T-Ara The Ark Tiffany Hwang Tiramisuu Latté TOP Trilogi Twice TwoShoot U-Kiss Upi Hwang V Wonder Girls Yaoi Yesung Yoo Youngjae Yook Sung Jae Yoon Dowoon Yoon Eun Hye Young K Yuna Kim