If You Say - AuliaSyalwa [OneShoot]
If You Say - AuliaSyalwa [OneShoot]
Author : auliasyalwa
Cast : Yuna Kim (The Ark), Donghyun (Boyfriend), Jinyoung (B1A4)
Genre : Friendship, Drama
Length : OneShoot
Rating :
Sinopsis : Yuna Kim yang menghianati cinta Donghyun. Lebih tepatnya, ia mencintai lelaki lain. Yaitu, Jinyoung. Dan, bodohnya, ia malah mencintai keduanya seimbang. Itu semakin membuatnya bingung dan merasa bersalah pada Donghyun yang baru saja pulang dari China.
Angin musim gugur menerpa wajahku. Dingin. Rasanya sangat menusuk hingga tulang. Rambutku pun ikut menuruti arah angin yang berlawanan arah. Aku memutuskan untuk tetap berjalan walaupun angin ini melawanan langkah kakiku.
Aku terus berjalan –sedikit berlari– walupun pada kenyataannya sepasang kaki mungil ini enggan untuk mengikuti keinginanku. Sepasang benda panjang milikku ini sudah tidak mau lagi bergerak. Rasanya begitu kram hanya sekedar untuk ditekuk atau menggerakkan jempol saja.
Aku tak memperdulikan tali sepatuku yang sudah tak berbentuk lagi yang membuatku berkali-kali jatuh karenanya. Aku sangat ingin secepatnya pergi dari kejaran Jinyoung, yang nampak tergesa-gesa mengejarku.
Dan, kini, muncullah dirinya dibalik kerumunan orang. Wajahnya yang basah keringat mulai terlihat begitu bahagia tatkala mata indahnya itu menatapku. Tak lupa dengan senyuman manisnya yang terukir indah di bibirnya.
Ia menghampiriku yang masih bersi-keras untuk berlari lagi. Tapi, tuhan belum berada di pihakku. Aku tiba-tiba diam tak bergeming, walaupun nyatanya, hatiku terus bersorak mengatakan ‘Lari..!’ Tapi tidak dengan kakikku yang sangat kram dan kaku.
“Yunnah~ Aku lelah mengejarmu. Kenapaa~ tibaah-tibaah– ?” Ucapnya tersenggal sembari berusaha menetralkan suara dan pernafasannnya. Lalu, ia menatap ke bawah, lebih tepatnya tali sepatuku yang rasanya sudah tidak pantas disebut tali sepatu.
Tubuhnya mulai menurun untuk berjongkok dan mengikat tali sepatuku yang sudah tak terbentuk. Tangannya masih bergelut dengan tali di bawahku. Rasanya seperti ada getaran miris yang tiba-tiba memberi sinyal menyedihkan dari gerakan tangannya yang seakan mendapat efek slow motion. Entah darimana. Ia tak merasakan halusinasi bodohku ini.
Tak terasa, kristal bening menluncur membuat sebuah aliran di pipiku. Getaran miris itu seolah telah membuka bendungan air mata yang sudah lama kupendam. Aku menangis dalam diam. Menangisi sebuah ‘hal’ konyol yang kubuat sendiri, yang harus aku lakukan sendiri, dan yang membuat sakit itu tumbuh dengan sendirinya. Dia, Jinyoung, orang yang aku cintai. Di samping rasa cintaku pada Donghyun.
Aku memejamkan mataku untuk sesaat. Alih-alih bertanya, Jinyoung hanya menatapku keheranan. Dan berkata, “Uljima..”
Kethuilah, kata menenangkan darinya itu sukses membuatku semakin menjadi seorang penghianat sungguhan.
Aku memalingkan wajahku untuk menghindari tatapan matanya yang seolah bertanya-tanya ‘kau kenapa?’ Aku memundurkan langkahku menjauhinya yang masih menatapku intens. Langkah demi langkah kugerakan memundur. Memundurkan langkah, rasanya sama seperti ketika harus merelakan rela Jinyoung demi Donghyun. Aku tahu, aku penghianat.
Bunyi ponsel milik Jinyoung membuyarkan lamunanku dan, kesempatan sempit ini kumanfaatkan untuk kembali berlari dan menaiki bus yang kebetulan berhenti didepanku. Ia menggerutu. Aku tak peduli. Yang terpenting adalah, aku bisa pergi dari kejrannya.
Aku menyeka air mata yang tadi sempat mengalir. Aku terlihat jahat saat ini. Lebih tepatnya cinta begitu berhianat untukku saat ini.
Aku mencintai dua orang yang berbeda di waktu yang berbeda pula dan disaat bersamaan masalah datang bahwa Donghyun datang. Dan itu artinya, ia akan segera melamarku dan kami akan hidup bahagia... selamanya.
Hatiku memilih keduanya. Jinyoung dan Donghyun.
Aku menghianati Donghyun yang jelas-jelas mencintaiku dengan tulus, ia harus ke Hongkong untuk membangun sebuah cabang perusahaannya dan itu memakan waktu yang tidak sebentar. Diasaat itulah aku mulai mencintai orang lain.Jung Jinyoung. Aku penghianat!
Jiwaku sudah menolak rasa itu. Tapi, apa boleh buat? Toh, pada akhirnya aku mencintainya dan dia tidak mengetahui itu. Lebih tepatnya mereka tidak mengetahuinya. Hanya yang tahu dan aku yang merasakan.
Don’t let them know..
Sekarang, Donghyun datang pada akhir tahun diasaat musing gugur, musim yang dia sukai. Dan keputusanku sudah bulat. Aku akan kembali ke pelukan Donghyun dan mengatakan segala yang aku rasakan. Upaya untuk melupakan Jinyoung? Aku bisa pikirkan itu nanti.
Iris choclate-ku menangkap sosok yang tak asing dimataku. Bentuk tubuhnya sangat familiar ketika cahaya sunset mengenai tubuhnya dan ini membuat sebuah pemandangan sederhana yang nyaman dilihat oleh kedua mataku. Setelah kelelahan berlari-lari, aku bagai menemukan surga dunia yang sekarang berada didepan mata.
Jujur, aku sangat tenang ketika melihat pemandangan yang tak bisa ditolak ini. Hatiku pun tak menolak pemandangan ini. Pemandangan itu hilang ketika menit sudah menunjukkan angka 5. Dan waktu itu bertepatan dengan berbaliknya tubuh sosok tersebut.
Wajahnya kini jelas terlihat. Wajah yang kurindukan dan tak sengaja aku menghianatinya. Ia mengulum senyum. Sembari melangkah mendekatiku yang sedikit menunduk.
“Kenapa? Kenapa kau begitu berantakan?” Tututran kalimat pertanyaan itu akhirnya keluar dengan mulusnya dari mulut seorang Kim Donghyun diikuti jemarinya yang mengusap acak rambautku. Ia melihat jejak air mataku dengan tatapan heran.
Aku balas menatapnya. Kembali lagi air mata itu mengucur melewati jejak tadi. Donghyun semakin menatapku heran. “U-uljima..” Rasanya semakin bersalah.
Tangannya terulur untuk menghapus air mataku. Ugh..! Perlakuan ini semakin membuat diriku seperti seorang penjahat. Dua pria tak berdosa telah aku hianati dengan mudahnya.
“Ada yang harus aku bicarakan-” Donghyun mengucapkan kalimat yang sama denganku. Kami saling memandang satu sama lain. Lantas, aku hanya memalingkan wajahku.
“Denganmu..” Lanjutku dan Donghyun bersamaan lagi. Ia tertawa garing untuk sekedar mencairkan suasana canggung ini. Aku sanat canggung. Kumohon. Aku tak tega melihat reaksinya nanti.
Apa yang akan ia bicarakan? Apakah ia akan melamarku saat ini? Oh, aku terlalu berharap. Tapi, bagaimana terhadap separuh perasaanku kepada Jinyoung? Hatiku sudah terbagi dua untuk mereka –Donghyun dan Jinyoung . Jadi terasa semakin sesak rasanya.
“Kau terlebih dahulu” Putusnya. Apa yang harus aku katakan?
“A-aku.. Maaf, Maaf-” Lagi, aku menangis. Tak tega mengatakan ini. Aku sudah bertindak kurang ajar sebagai seorang kekasih. Aku mencintai keduanya.
This LOVE jerk myself.
“Ada seseorang dihatiku- selain dirimu. Tapi aku berjanji akan melupakannya dan.. Kita akan hidup bahagia. Jangan hiraukan aku!” Ujarku tergesa sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tatapnnya miris menatapku. Tatapan kasihan dan sendu bercampur menjadi satu didalam tatapan onyx kembarnya.
“Pergilah.. Kejar dia. Lupakan aku.. Kita-” Donghyun menatapku miris sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, berusaha meyakinkanku untuk mendengar lanjutannya.Aku semakin tak yakin dengan ucapannya.
“-mengalami kisah cinta yang sama. Maafkan aku..” Lanjutnya yang sontak membuatku melotot tegang. Seolah beberapa hunjaman pisau telah menusuk tubuhku.
It’s unimaginable of me.
Kita saling mencintai. Dan saling menyakiti. Inikah pembalasan tuhan? Apa? Seperti inikah rasanya dihianati? Jujur saja, aku masih mencintainya. Dan aku masih bingung hingga saat ini. Keputusan bualtku tadi, terbilang sia-sia. Bagaimana jika, Jinyoung tidak mencintaiku?
“Berjanjilah untuk menjada dia- Donghyun.. Oppa” Aku menaikkan jari kelingkingku dengan penuh kesesakkan dan air mata yang sudah berada di pelupuk, menunggu jatuh. Aku meunggu jari kelingkingnya untuk ditautkan bersama. “Aku juga, akan berusaha mengambil cintanya.”
Obsidian tegasnya menatap tangan gemetarku miris. Aku patut dikasihani saat ini. “Aku tahu ini menyakitkan.” Donghyun menyatukan jemari kelingkingnya.
Tes.. Tes..
Jung Jinyoung.. Haruskah aku memilihnya saat ini? Diasaat aku masih mencintai Donghyun –yang sekarang akan menjadi masa laluku. Mau tak mau, itu tetap menjadi pilihan. Dia mencintai orang lain, begitu juga denganku. Kita sama-sama mencintai orang lain, dan ini impas menurutku. Aku termakan oleh contaku kepada Jinyoung.
“Saranghanda..” Donghyun mengeja kata-kata ‘ungkapan cinta’ yang berarti diucapkan untuk perpisahan. Beberapa waktu lalu aku mendapatkan kata itu saat bahagia, berbanding balik dengan saat ini. Mungkin untuk terakhir kalinya dan itu juga bisa disebut sebagai kata perpisahan.
If you say before. Maybe, I’ll try to pursue his love. Now, you’re just my memories. We love each other, didn’t we?
.
.
END
If You Say by AuliaSyalwa © 2015 All Rights Reserved
Cast : Yuna Kim (The Ark), Donghyun (Boyfriend), Jinyoung (B1A4)
Genre : Friendship, Drama
Length : OneShoot
Rating :
Sinopsis : Yuna Kim yang menghianati cinta Donghyun. Lebih tepatnya, ia mencintai lelaki lain. Yaitu, Jinyoung. Dan, bodohnya, ia malah mencintai keduanya seimbang. Itu semakin membuatnya bingung dan merasa bersalah pada Donghyun yang baru saja pulang dari China.
Angin musim gugur menerpa wajahku. Dingin. Rasanya sangat menusuk hingga tulang. Rambutku pun ikut menuruti arah angin yang berlawanan arah. Aku memutuskan untuk tetap berjalan walaupun angin ini melawanan langkah kakiku.
Aku terus berjalan –sedikit berlari– walupun pada kenyataannya sepasang kaki mungil ini enggan untuk mengikuti keinginanku. Sepasang benda panjang milikku ini sudah tidak mau lagi bergerak. Rasanya begitu kram hanya sekedar untuk ditekuk atau menggerakkan jempol saja.
Aku tak memperdulikan tali sepatuku yang sudah tak berbentuk lagi yang membuatku berkali-kali jatuh karenanya. Aku sangat ingin secepatnya pergi dari kejaran Jinyoung, yang nampak tergesa-gesa mengejarku.
Dan, kini, muncullah dirinya dibalik kerumunan orang. Wajahnya yang basah keringat mulai terlihat begitu bahagia tatkala mata indahnya itu menatapku. Tak lupa dengan senyuman manisnya yang terukir indah di bibirnya.
Ia menghampiriku yang masih bersi-keras untuk berlari lagi. Tapi, tuhan belum berada di pihakku. Aku tiba-tiba diam tak bergeming, walaupun nyatanya, hatiku terus bersorak mengatakan ‘Lari..!’ Tapi tidak dengan kakikku yang sangat kram dan kaku.
“Yunnah~ Aku lelah mengejarmu. Kenapaa~ tibaah-tibaah– ?” Ucapnya tersenggal sembari berusaha menetralkan suara dan pernafasannnya. Lalu, ia menatap ke bawah, lebih tepatnya tali sepatuku yang rasanya sudah tidak pantas disebut tali sepatu.
Tubuhnya mulai menurun untuk berjongkok dan mengikat tali sepatuku yang sudah tak terbentuk. Tangannya masih bergelut dengan tali di bawahku. Rasanya seperti ada getaran miris yang tiba-tiba memberi sinyal menyedihkan dari gerakan tangannya yang seakan mendapat efek slow motion. Entah darimana. Ia tak merasakan halusinasi bodohku ini.
Tak terasa, kristal bening menluncur membuat sebuah aliran di pipiku. Getaran miris itu seolah telah membuka bendungan air mata yang sudah lama kupendam. Aku menangis dalam diam. Menangisi sebuah ‘hal’ konyol yang kubuat sendiri, yang harus aku lakukan sendiri, dan yang membuat sakit itu tumbuh dengan sendirinya. Dia, Jinyoung, orang yang aku cintai. Di samping rasa cintaku pada Donghyun.
Aku memejamkan mataku untuk sesaat. Alih-alih bertanya, Jinyoung hanya menatapku keheranan. Dan berkata, “Uljima..”
Kethuilah, kata menenangkan darinya itu sukses membuatku semakin menjadi seorang penghianat sungguhan.
Aku memalingkan wajahku untuk menghindari tatapan matanya yang seolah bertanya-tanya ‘kau kenapa?’ Aku memundurkan langkahku menjauhinya yang masih menatapku intens. Langkah demi langkah kugerakan memundur. Memundurkan langkah, rasanya sama seperti ketika harus merelakan rela Jinyoung demi Donghyun. Aku tahu, aku penghianat.
Bunyi ponsel milik Jinyoung membuyarkan lamunanku dan, kesempatan sempit ini kumanfaatkan untuk kembali berlari dan menaiki bus yang kebetulan berhenti didepanku. Ia menggerutu. Aku tak peduli. Yang terpenting adalah, aku bisa pergi dari kejrannya.
Aku menyeka air mata yang tadi sempat mengalir. Aku terlihat jahat saat ini. Lebih tepatnya cinta begitu berhianat untukku saat ini.
Aku mencintai dua orang yang berbeda di waktu yang berbeda pula dan disaat bersamaan masalah datang bahwa Donghyun datang. Dan itu artinya, ia akan segera melamarku dan kami akan hidup bahagia... selamanya.
Hatiku memilih keduanya. Jinyoung dan Donghyun.
Aku menghianati Donghyun yang jelas-jelas mencintaiku dengan tulus, ia harus ke Hongkong untuk membangun sebuah cabang perusahaannya dan itu memakan waktu yang tidak sebentar. Diasaat itulah aku mulai mencintai orang lain.Jung Jinyoung. Aku penghianat!
Jiwaku sudah menolak rasa itu. Tapi, apa boleh buat? Toh, pada akhirnya aku mencintainya dan dia tidak mengetahui itu. Lebih tepatnya mereka tidak mengetahuinya. Hanya yang tahu dan aku yang merasakan.
Don’t let them know..
Sekarang, Donghyun datang pada akhir tahun diasaat musing gugur, musim yang dia sukai. Dan keputusanku sudah bulat. Aku akan kembali ke pelukan Donghyun dan mengatakan segala yang aku rasakan. Upaya untuk melupakan Jinyoung? Aku bisa pikirkan itu nanti.
Iris choclate-ku menangkap sosok yang tak asing dimataku. Bentuk tubuhnya sangat familiar ketika cahaya sunset mengenai tubuhnya dan ini membuat sebuah pemandangan sederhana yang nyaman dilihat oleh kedua mataku. Setelah kelelahan berlari-lari, aku bagai menemukan surga dunia yang sekarang berada didepan mata.
Jujur, aku sangat tenang ketika melihat pemandangan yang tak bisa ditolak ini. Hatiku pun tak menolak pemandangan ini. Pemandangan itu hilang ketika menit sudah menunjukkan angka 5. Dan waktu itu bertepatan dengan berbaliknya tubuh sosok tersebut.
Wajahnya kini jelas terlihat. Wajah yang kurindukan dan tak sengaja aku menghianatinya. Ia mengulum senyum. Sembari melangkah mendekatiku yang sedikit menunduk.
“Kenapa? Kenapa kau begitu berantakan?” Tututran kalimat pertanyaan itu akhirnya keluar dengan mulusnya dari mulut seorang Kim Donghyun diikuti jemarinya yang mengusap acak rambautku. Ia melihat jejak air mataku dengan tatapan heran.
Aku balas menatapnya. Kembali lagi air mata itu mengucur melewati jejak tadi. Donghyun semakin menatapku heran. “U-uljima..” Rasanya semakin bersalah.
Tangannya terulur untuk menghapus air mataku. Ugh..! Perlakuan ini semakin membuat diriku seperti seorang penjahat. Dua pria tak berdosa telah aku hianati dengan mudahnya.
“Ada yang harus aku bicarakan-” Donghyun mengucapkan kalimat yang sama denganku. Kami saling memandang satu sama lain. Lantas, aku hanya memalingkan wajahku.
“Denganmu..” Lanjutku dan Donghyun bersamaan lagi. Ia tertawa garing untuk sekedar mencairkan suasana canggung ini. Aku sanat canggung. Kumohon. Aku tak tega melihat reaksinya nanti.
Apa yang akan ia bicarakan? Apakah ia akan melamarku saat ini? Oh, aku terlalu berharap. Tapi, bagaimana terhadap separuh perasaanku kepada Jinyoung? Hatiku sudah terbagi dua untuk mereka –Donghyun dan Jinyoung . Jadi terasa semakin sesak rasanya.
“Kau terlebih dahulu” Putusnya. Apa yang harus aku katakan?
“A-aku.. Maaf, Maaf-” Lagi, aku menangis. Tak tega mengatakan ini. Aku sudah bertindak kurang ajar sebagai seorang kekasih. Aku mencintai keduanya.
This LOVE jerk myself.
“Ada seseorang dihatiku- selain dirimu. Tapi aku berjanji akan melupakannya dan.. Kita akan hidup bahagia. Jangan hiraukan aku!” Ujarku tergesa sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tatapnnya miris menatapku. Tatapan kasihan dan sendu bercampur menjadi satu didalam tatapan onyx kembarnya.
“Pergilah.. Kejar dia. Lupakan aku.. Kita-” Donghyun menatapku miris sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, berusaha meyakinkanku untuk mendengar lanjutannya.Aku semakin tak yakin dengan ucapannya.
“-mengalami kisah cinta yang sama. Maafkan aku..” Lanjutnya yang sontak membuatku melotot tegang. Seolah beberapa hunjaman pisau telah menusuk tubuhku.
It’s unimaginable of me.
Kita saling mencintai. Dan saling menyakiti. Inikah pembalasan tuhan? Apa? Seperti inikah rasanya dihianati? Jujur saja, aku masih mencintainya. Dan aku masih bingung hingga saat ini. Keputusan bualtku tadi, terbilang sia-sia. Bagaimana jika, Jinyoung tidak mencintaiku?
“Berjanjilah untuk menjada dia- Donghyun.. Oppa” Aku menaikkan jari kelingkingku dengan penuh kesesakkan dan air mata yang sudah berada di pelupuk, menunggu jatuh. Aku meunggu jari kelingkingnya untuk ditautkan bersama. “Aku juga, akan berusaha mengambil cintanya.”
Obsidian tegasnya menatap tangan gemetarku miris. Aku patut dikasihani saat ini. “Aku tahu ini menyakitkan.” Donghyun menyatukan jemari kelingkingnya.
Tes.. Tes..
Jung Jinyoung.. Haruskah aku memilihnya saat ini? Diasaat aku masih mencintai Donghyun –yang sekarang akan menjadi masa laluku. Mau tak mau, itu tetap menjadi pilihan. Dia mencintai orang lain, begitu juga denganku. Kita sama-sama mencintai orang lain, dan ini impas menurutku. Aku termakan oleh contaku kepada Jinyoung.
“Saranghanda..” Donghyun mengeja kata-kata ‘ungkapan cinta’ yang berarti diucapkan untuk perpisahan. Beberapa waktu lalu aku mendapatkan kata itu saat bahagia, berbanding balik dengan saat ini. Mungkin untuk terakhir kalinya dan itu juga bisa disebut sebagai kata perpisahan.
If you say before. Maybe, I’ll try to pursue his love. Now, you’re just my memories. We love each other, didn’t we?
.
.
END
If You Say by AuliaSyalwa © 2015 All Rights Reserved
0 comments: