FAULT - Tiramisuu Latté [OneShoot]

FAULT - Tiramisuu Latté [OneShoot]
Author : Tiramisuu Latté
Cast : Do Kyung Soo (Kyungsoo), Kim Jong In (Jongin), Kris Wu (Kris) 

Genre : Romance, Drama, Family, Yaoi
Length : OneShoot
Rating :
Sinopsis : Aku memang berbeda. Aku tidak normal dan aku muak
dengan itu semua. Kutahu semua ini kesalahan. Aku sudah jatuh terlalu
dalam. Ini terlalu menyakitkan— Do Kyung Soo.

PLAYLIST (Recomended Song) :
1.Girl’s Day ― I Miss You
2.BTS ― I Need You
3.EXO ― My Turn To Cry
4.2 AM ― One Spring Day

Aku menyadari. Aku melakukan kesalahan.

Aku menyalahkan kodratku. Aku menyimpang dari apa yang Tuhan berikan untukku.

Aku tahu− Aku menjijikkan dan menggelikan.

Dan Tuhan akan menghukumku karena semua ini.

Aku− Aku terlalu lemah dan rapuh untuk tidak terjebak di dalamnya.
 
Author POV
“Dasar menjijikkan! Sampah! Demi Tuhan!”

Makian demi makian namja mungil itu terima. Ia sudah terbiasa akan makian seluruh dunia untuk dirinya. Tak peduli dengan air mata− Ia merasa semuanya sudah habis dan tak ada lagi yang bisa ia keluarkan untuk membela dirinya. Semuanya salah dan terlanjur menjadi kesalahan fatal untuk kehidupannya.

Kyungsoo− Nama namja mungil tersebut. Dengan manik coklat bulat yang mirip owl membuatnya begitu menggemaskan. Bahu sempit dan suara manisnya membuat siapa saja luluh akan pesonanya.

Tetapi, dibalik semua kelebihan yang diberikan Tuhan padanya, Kyungsoo membuat kesalahan. Kesalahan fatal yang mungkin membuat Tuhan terkejut karena obsesi aneh yang menyimpang− Kyungsoo menyukai namja.

Tuhan menciptakan namja dan yeoja untuk hidup berdampingan, saling mengasihi dan membantu sama lain. Tidak dengan Kyungsoo. Entah, dia juga bingung mengapa ia ditakdirkan seperti ini. Kyungsoo tidak pernah ingat kapan dan bagaimana kejadian menyimpang ini dimulai. Semua meluncur dan datang begitu saja tanpa bisa ditebak dan dihentikan. Tapi yang pasti− Kris, kekasihnya, sampai saat ini tetap bertahan menemani dan membantunya berdiri kembali untuk menginjak tanah.

“Dasar tidak berguna! Kau itu dilahirkan untuk menjadi penopang hidup keluargamu kelak! Ya, Tuhan! Kau benar-benar membuatku malu!!”

Makian itu tidak akan pernah berhenti, jika itu adalah eomma tirinya. Kyungsoo sebenarnya malu akan dirinya yang begitu bodoh karena terhanyut akan perasaan terlarang yang tabu di mata dunia. Apa daya, Kyungsoo hanya namja mungil yang tidak dapat menolak semuanya. Baginya, semua ini terlalu indah. Perasaan meletup-letup yang aneh tetapi juga menyenangkan.

Tidak dengan rambut panjang, tubuh seksi, dan sifat manja milik yeoja− Kyungsoo lebih menyukai suara berat, tubuh tinggi serta atletis, dan pelukan hangat yang dimiliki namja. Terdengar aneh memang. Aneh karena Kyungsoo lebih senang dipeluk daripada memeluk. Kenyataannya, dilahirkan sebagai seorang namja mengharuskannya menjaga yeoja terkasih.

“Apa kau tidak malu?! Aku yakin eomma-mu menangis di Surga sana melihat kelakuanmu yang tidak normal seperti ini!!”

Kyungsoo mengangkat tangan mungilnya. “Cukup, eomma,” Kyungsoo juga muak akan dirinya. Kyungsoo malu akan dirinya. Akan tetapi− Bisakah, eomma tirinya tidak menyangkut-pautkan eomma-nya yang sudah tenang bersama Tuhan di atas sana?

Kyungsoo tersenyum pahit. “Jangan pernah memanggilku eomma! Aku tidak sudi kau sebut sebagai eomma-mu!!”. Kyungsoo menganggukkan kepala, kemudian membungkuk dan pergi dari hadapan eomma tirinya setelah meminta maaf telah bersikap lancang.

Teriakan untuk tidak kembali ke rumah masih dapat didengar oleh indera pedengarannya. Kyungsoo sudah sering diusir untuk angkat kaki dan tidak diperbolehkan mengunjungi rumah appa-nya. Sakit? Tentu saja. Terkadang Kyungsoo berfikir− kemana appa tercinta yang masih memanjakan dan menyayanginya? Mengapa Kyungsoo tidak diperbolehkan melihat appa-nya di rumah yang seharusnya menjadi miliknya? Dan kenapa Tuhan membuat semuanya rumit dan bertambah runyam tanpa adanya kasih eomma kandungnya?

Kyungsoo mengernyit saat dadanya kembali terasa nyeri dan jantungnya berdetak sangat cepat. Kyungsoo sedikit panik karena rasa tidak mengenakkan itu mulai menjalari kepalanya dengan sangat cepat. Membuat Kyungsoo merasa sedikit berputar dan mengeluarkan keringat dingin di pelipisnya. Tidak− Kyungsoo tidak sakit. Hanya saja semua itu adalah pelampiasan tubuh mungilnya.

Kyungsoo mungil yang malang. Tubuhnya tidak sanggup menanggung derita yang selalu ia temui. Sehingga, jika psikisnya berubah sedikit saja, menyebabkan dadanya berdenyut nyeri. Terkadang rasa nyeri itu menyebabkan Kyungsoo kehilangan kesadaran atau tidak dapat menutup matanya sama sekali. Lalu, nyeri itu akan bertambah parah jika Kyungsoo semakin menahan dan menyimpan perasaannya. Pernah suatu saat, nyeri itu sangat amat parah hingga Kyungsoo tidak dapat tertidur. Tetapi semua itu berubah saat Kyungsoo menceritakan satu dari sekian banyak masalahnya kepada Kris. Nyeri itu sedikit mereda− Kyungsoo berfikir, tidak mungkin dia menceritakan semuanya pada Kris. Karena Kyungsoo tidak ingin mempersulit Kris dengan masuk kedalam masalah yang seharusnya ia hadapi sedirian.

DRRTT

Ponsel Kyungsoo bergetar. Dengan segera Kyungsoo mengalihkan rasa sakitnya sejenak. Menatap benda pintar berbentuk persegi panjang− sebuah pesan teks masuk, dari Kris.

From : Kris Hyung
Maaf, aku tidak memberitahumu sejak awal. Maafkan aku yang tidak bertanggung-jawab meninggalkanmu sendirian. Maafkan aku. Setelah ini kau boleh mengutuk dan memakiku. Tapi, kumohon. Tetaplah menjadi Kyungsooku yang polos.

Dahi Kyungsoo berkerut. Apa kekasihnya saat ini sedang mengajaknya bercanda? Tak berapa lama, ponselnya kembali bergetar. Pesan teks lagi− Kris.

From : Kris Hyung
Maafkan aku. Aku akan pergi ke China. Saat ini juga. Semua ini permintaan orangtuaku. Mereka akan mengadakan pesta pertunanganku dengan orang pilihannya. Aku tahu aku salah. Maafkan aku. Aku mencintaimu.

Seluruh persendian Kyungsoo melemah. Jika saja tangan kirinya tidak menopang pada pohon besar di sebelahnya, mungkin Kyungsoo akan ambruk jatuh. Nyeri itu semakin menjalar hingga seluruh tubuhnya. Kepalanya terasa berat, tangannya bergetar, dan kakinya sangat lemah bahkan untuk menopang tubuh mungil Kyungsoo. Pandangannya memburam dan berputar. Semua ini begitu cepat. Sangat cepat. Apalagi yang Tuhan rencanakan? Apa semua ini hukuman atas semua tindakannya?

Dan tetesan pertama air mata Kyungsoo terjatuh tepat mengenai ponsel pintarnya. Saat tetesan kedua kembali mengenai layar, ponsel Kyungsoo bergetar− Pesan teks ketiga dari Kris.

From : Kris Hyung
Maafkan aku yang dengan lancangnya meninggalkanmu dalam kesendirian. Aku memang payah dan sangat bersalah. Kumohon, jangan menangisiku. Aku tahu Tuhan marah padaku karena memainkan takdir cinta kita. Tapi, aku tak pernah berhenti memohon agar kau bertemu dengan orang yang benar-benar dapat menjaga dan menyayangimu selalu.

Ponsel itu bergetar kembali sebelum Kyungsoo selesai membaca semuanya.

From : Kris Hyung
Semoga Tuhan menjawab doaku. Semoga kau tidak bertemu kembali dengan seseorang yang brengsek seperti diriku. Seperti Kris Wu. Maafkan aku. Aku mencintaimu. Sungguh. Tidak ada dusta dalam setiap inci cintaku untukmu. Sebelum semua permainan ini menghancurkannya. Maafkan aku. Aku selalu mendoakanmu yang terbaik. Karena kau memang yang terbaik untukku, Kyungie.

Dan untuk kesekian kalinya, ponsel Kyungsoo bergetar. Bukan− bukan pesan teks dari Kris kali ini. Tetapi panggilan masuk− dari Kris.

“Yeoboseyo? Kyungie?”

Tangis Kyungsoo pecah. Tidak− Kyungsoo tidak menyalahkan Kris. Tidak pernah sedikitpun menyalahkan Kris ataupun Tuhan. Menurutnya semua ini adalah hukuman untuk dirinya. Dan Kyungsoo merasa pantas mendapatkannya.

“Ya, Tuhan. Uljima, Kyungie. Maafkan aku.”

Bukannya berhenti, tangis Kyungsoo semakin menjadi. Tidak dapat berhenti. Mengalir begitu saja. Semua mempermainkannya. Takdir kehidupannya− bahkan cintanya.

Nyeri di dadanya semakin terasa. Selain nyeri sekarang dadanya merasa sedikit− kosong? Entahlah. Kyungsoo tidak rela tentu saja. Tapi, apa daya? Semakin Kyungsoo memikirkan Kris, semakin pecah pula tangis pilu namja mungil tersebut. Dadanya semakin sakit, sakit, dan sakit. Perutnya terasa sedikit mual. Dan kepalanya− Ah, rasanya Kyungsoo ingin membenturkan kepalanya ke sebuah batu besar. Pusing sekali.

“Maafkan aku. Maafkan aku. Berjanjilah satu hal padaku, Kyungie. Berhenti memikirkanku− Hilangkan semua memorimu tentangku− Kutuk dan maki aku dalam doamu− Dan temukan separuh jiwa serta cinta sejatimu.”

Tak lama terdengar panggilan terakhir untuk pesawat tujuan kekasihnya. Semakin panggilan itu diulang dan terdengar, menyebabkan Kyungsoo semakin sulit meraih oksigen memasuki paru-parunya. Tangannya semakin bergetar hebat− Begitu pula bibir mungilnya. Dengan terpaksa, Kyungsoo menggigit lengan kanannya―yang sedang memegang ponsel, agar tetap terhubung pada kekasihnya―untuk menahan isakan yang semakin keras dan tak teratur.

“Kyungie− Sayangku. Tetaplah tersenyum. Tetaplah menjadi mentari. Tetaplah menjadi dirimu apa adanya. Maafkan aku. Sejak awal aku memang tak pantas untukmu. Cintamu memang tidak seharusnya menjadi milikku. Haaahh− Demi Tuhan, Kyungie. Aku mencintaimu. Jika kau ingin membunuhku, bunuh saja aku. Aku− Aku memang keparat...”

Kata terakhir yang diucapkan Kris terdengar begitu pelan dan bergetar serta terselip nada penyesalan disana. Hingga isakan rendah mengalun dari seberang− Kris menangis. Kyungsoo menyeret tubuhnya mendekati pohon besar yang menopang tubuhnya dan mendudukkan dirinya yang terasa semakin melemah. Tidak kuat untuk mendengar semuanya. Semuanya− benar-benar terlalu tiba-tiba.

“K− Kris. Hiks. Je−hiks−jebal. Uljima, Kris. Hiks. Hiks. Uljimayo...”

Desahan berat terdengar keluar. “Maafkan aku, Kyungie. Aku mencintaimu. Karena kesalahan ini aku− Aku tidak akan pernah berani bertemu lagi denganmu. Maafkan aku atas semua rasa sakitmu saat ini. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Maafkan kepergianku.”

“Hiks. K−Kris?”

“Ada apa, Kyungie sayang?”

Sebelum kata-kata dari otaknya itu meluncur dari bibirnya, Kyungsoo tersenyum tulus. Senyum yang akhir-akhir ini jarang ia tunjukkan selain untuk orang terkasihnya. Senyuman itu muncul karena panggilan sayang yang ditunjukkan Kris untuk dirinya seorang. Ya− Bolehkah Kyungsoo egois sekali saja? Panggilan sayang itu benar-benar hanya untuknya. Untuk dirinya. Dirinya yang hina ini.

“Kyungie? Sayang, kau masih disana?”

Kyungsoo mengusap mata basahnya dengan punggung tangannya. Kembali tersenyum dan terkekeh lembut, “Saranghae.”

Selamat tinggal, Cintaku.

.

.

.

GUK GUK

Kyungsoo enggan membuka kelopak matanya. Kelopak matanya terasa berat hanya sekedar untuk dibuka. Tetapi, sesuatu yang basah dan lengket terus menyentuh pipi kanan Kyungsoo. Dengan amat terpaksa, Kyungsoo membuka kelopak matanya. Membiasakan manik hitamnya terhadap pias cahaya yang menyilaukan.

‘Tunggu! Dimana aku?!,’ batin Kyungsoo panik.

GUK GUK

Saat menengok, segera saja pujian itu meluncur dari bibir berbentuk hati milik Kyungsoo. Memuji betapa imut dan menggemaskan anjing yang membangunkannya tadi. Tanpa aba-aba anjing tersebut segera melompat kedalam pangkuan Kyungsoo dan kembali menjilati wajah Kyungsoo. Kyungsoo tertawa geli karenanya.

“Jjanggu! Jjanggu! Dimana kau?!”

GUK GUK

Kyungsoo terkejut melihat anjing lucu tadi melompat pergi dari pangkuannya. Kyungsoo menatap kepergian anjing berbulu coklat yang segera menghampiri seorang namja− yang Kyungsoo ketahui sebagai majikannya. Dapat Kyungsoo lihat raut khawatir dan kelelahan akibat mengejar anjing menggemaskan tadi.

Kyungsoo memutar arah pandangnya. Melihat sekeliling. Setelahnya, Kyungsoo menghela nafas pelan. Kyungsoo tertidur di pohon besar yang menjadi saksi perpisahan dengan kekasih hatinya. Sepertinya Kyungsoo terlalu lelah menangis sehingga tidak sadar menutup matanya untuk beristirahat sejenak.

Hari sudah malam. Terlihat dari gelapnya langit yang berusaha bertempur dengan cerahnya sinar lampu di sekitar jalan. Terlihat indah, dan sedikit mengerikan.

Kyungsoo membuang nafas pelan, lalu segera beranjak dari duduknya− menepuk-nepuk pelan bagian tubuhnya yang terlihat sedikit kotor oleh debu tak tampak. Tanpa sadar, Kyungsoo sedikit melirik namja yang sempat ia acuhkan. Tak perlu waktu lama bagi Kyungsoo untuk menatap manik mata namja pemilik anjing menggemaskan tadi.

Saat permata hitam dan permata coklat tersebut saling bertubrukan, pemilik Jjanggu terlihat gugup dan sedikit terkejut. Kyungsoo yang memang dari asalnya selalu berperilaku sopan dan baik− tersenyum dan sedikit membungkuk.

Dengan kikuk namja dihadapan Kyungsoo membalas membungkuk. Kyungsoo meperhatikan ketiga anjing yang dibawanya. Pantas saja salah satu anjingnya pergi menghilang meninggalkannya. Dia manusia, hanya memiliki dua tangan. Sedangkan anjing peliharaan yang dia bawa ada tiga? Oh, apakah ia keturunan gurita yang memiliki banyak tangan?

Kyungsoo kembali tersenyum melihat betapa repotnya namja dihadapannya ini. “Perlu bantuan?”

.

.

.

“Jongin. Kim Jong In.” ujar Jongin memperkenalkan diri. “Yang tadi menghampirimu dia Jjanggu, yang putih manis ini Jjangah, dan yang kau bawa dia Mmonggu.” Kyungsoo terkekeh pelan melihat perkenalan yang terlihat konyol ini. “Kalau begitu, aku Kyungsoo. Do Kyung Soo. Annyeong, Jjanggu, Jjangah, Mmonggu−” ada jeda sejenak, kemudian Kyungsoo menatap Jongin dengan senyum simpulnya, “Dan Annyeong, Jongin.”

Semu merah samar muncul di wajah tan Jongin. Kyungsoo tidak melihat itu tentu saja, karena sibuk bermain kejar-lari dengan Mmonggu. Kyungsoo yang merasa Jongin tertinggal jauh, menengok ke belakangnya, “Hey! Cepat kemari!.” Tanpa menunggu waktu lama Jjanggu dan Jjangah segera mengehentakkan kaki mungilnya untuk berlari mengejar Kyungsoo dan Mmonggu.

Terpujilah Jongin dan ketiga anjingnya karena membuat Kyungsoo lupa akan kejadian menyedihkan yang menimpanya tadi hingga membuatnya hampir collaps. Terima kasih pada malaikat yang berbaik hati menurukan berkahnya untuk menyenangkan namja mungil Kyungsoo untuk saat ini. Ya, untuk malam ini.

Ah, apa mungkin untuk seterusnya?

.

.

.

Tak perlu waktu lama untuk membuat Kyungsoo melupakan semuanya. Apa yang terjadi padanya dan kisah cinta lalunya. Hey, Kris sendiri yang memaksanya untuk melupakan semua itu kan? Dan Kyungsoo menurut. Meskipun ada beberapa momen indahnya yang tidak akan sudi Kyungsoo hapus dari ingatannya.

Kyungsoo menghembuskan nafas dari mulutnya ke sebuah figuran tua yang terlihat sedikit berdebu, kemudian mengelapnya dengan kain yang ia bawa. Tersenyum puas akan hasilnya dan meletakkan figuran itu kembali di atas nakas kayu kecil yang terlihat cukup usang.

Dan semua figura itu adalah foto-foto orang yang paling ia sayangi. Sangat amat Kyungsoo sayangi. Seakan foto di dalam figura sederhana itu selalu berhasil membawanya memasuki dunia kebahagiaan kecilnya. Meskipun kebahagiaan itu semu, sekilas, dan lalu− semua itu tidak menjadi masalah yang berat bagi Kyungsoo. Asalkan mereka disana, tersenyum bahagia, Kyungsoo merasa semua itu cukup untuk memenuhi relung hatinya agar selalu terisi.

“Pagi, appa, eomma, Kris,” senyum manis kembali memenuhi wajahnya. Permata hitam bulatnya menatap figura itu bergantian. “Pagi, Jjanggu, Jjangah, Mmonggu−“

Senyum Kyungsoo semakin melebar dan pipi tembamnya merona pink alami secara perlahan. Dahulu, sikap―pipi berubah warna menjadi merah muda―Kyungsoo seperti ini ditunjukkan hanya untuk Kris, kekasih lamanya. Tapi sekarang, “Pagi, Jongin.”

.

.

.

Jongin yang akan mengantarkan makanan untuk Kyungsoo, sedikit terkejut melihat namja yang akan ia berikan makanan itu− berlari panik menuruni tangga rumah susunnya. Dengan segera Jongin menangkap lengan Kyungsoo dan menanyakan ada apa serta apakah dia baik-baik saja.

Kyungsoo terlihat pucat, bibir penuhnya terlihat memutih, matanya berwarna merah dan basah seperti habis menangis, dan tubuhnya bergetar hebat. Wajah manis Kyungsoo menunjukkan raut ketakutan yang amat sangat. Jongin miris melihatnya.

Kyungsoo terus saja menggumamkan appa¬, appa, dan appa. Jongin yang bingung dengan tingkah Kyungsoo, segera menyeret namja mungil itu menuju mobilnya. Mendudukkannya di samping kemudi dan memasangkan sabuk pengaman untuk keselamatannya.

“Bandara− Jongin, bandara..”

Jongin segera melajukan kendaraannya menuju Bandar Udara Internasional Incheon. Dalam perjalanan, Kyungsoo terus menggigit ibu jari kirinya− gerak-gerik untuk menunjukkan betapa panikannya ia. Air mata Kyungsoo terus saja mengalir, tetapi tidak ada isakan yang ia keluarkan. Hanya air mata yang membentuk sungai jernih di wajahnya.

Gemas dengan kegiatan menggigit ibu jari Kyungsoo− Jongin terpaksa menurunkan tangan kanannya untuk menahan tangan kiri Kyungsoo agar tak mengigiti jarinya kembali. Setelahnya, Jongin menggenggam tangan kiri Kyungsoo sepanjang perjalanan. Bukannya sok, tetapi Jongin memang sudah terbiasa mengendarai kendaraan dengan satu tangan seperti ini.

Kyungsoo terlihat frustasi. Sesekali ia menyapukan wajah basahnya dengan tangan kanannya yang tidak digenggam Jongin. Hembusan nafas berat sering Kyungsoo keluarkan. Bibir pucat Kyungsoo terus saja bergetar. Matanya terlihat tidak fokus, seakan apapun yang ia lihat hanyalah bayangan yang tak menarik dipandang. Kepalanya terus bergerak kiri-kanan gusar.

“Demi Tuhan, Soo. Ada apa?”

Barulah setelah pertanyaan itu, Kyungsoo terisak, “Appa. Hiks. Appa− appa menghilang..”

.

.

.

“Setidaknya appa pergi sebagai pahlawan.”

Setelah menemui Mr. Kang―Kepala Divisi Perhubungan Penerbangan Internasional sekaligus sahabat karib Ayahanda Kyungsoo―, Jongin dan Kyungsoo berhenti di sebuah tempat yang berhadapan langsung dengan hamparan luas lapangan penerbangan yang dibatasi pagar besi berlubang. Banyak sekali pesawat yang datang dan pergi silih berganti. Mengantarkan tiap manusia menuju tempat yang akan ditujunya. Angin sejuk menyapu wajah mereka berdua setiap saat.

Jongin sedikit heran dengan Kyungsoo. Namja imut di sebelahnya ini baru saja diberitahukan bahwa pesawat yang dioperasikan Ayahanda-nya menghilang dalam jadwal penerbangan luar negeri. Katanya, pesawat itu mengilang di selat Dardanelles. Dan beberapa saat setelah diselidiki―meskipun masih dugaan awal―ada kesalahan dalam prosedur penerbangan armada ayahnya. Masih dalam proses penyelidikan, apakah semua ini murni kesalahan pilot yang mengoperasikan, kesalahan teknis, kesalahan penerbangan, atau kesalahan mesin pesawat. Semua sangatlah rumit jika semua masalah yang timbul adalah masalah penerbangan. Begitu banyak teori dan segala kemungkinan pasti dapat terjadi.

Jemari tangan Kyungsoo terus saja terpaut dengan pagar besi dihadapannya. Fokusnya tak pernah lepas dari benda raksasa yang dapat terbang indah melawan laju angin di langit. Menatap kepergian dan kedatangan mereka selalu. Tidak bisakah pesawat-pesawat itu membawa ayahandanya kembali?

“Soo, neo− gwaenchana?”

Kyungsoo menghembuskan nafas singkatnya, “Dulu, sewaktu eomma masih hidup, aku selalu diajak appa belajar mengoperasikan pesawat pribadi miliknya. Semuanya sangat menyenangkan. Hingga, appa dirujuk untuk menerbangkan pesawat dengan rute penerbangan luar negeri. Padahal saat itu kemampuanku mengendarai pesawat miliknya masih sangat minim.”

Jongin mendengarkan cerita Kyungsoo dengan seksama. Membiarkan Kyungsoo mengambil jeda singkat untuk beberapa ceritanya. “Beberapa pekan setelah appa mengikuti permintaan penerbangan luar negeri− eomma mengalami kecelakaan hingga pergi meninggalkan kami selamanya. Appa tidak pernah mencari pelaku yang menabrak eomma. Karena appa− appa tidak ingin mengganggu ketenangan eomma yang sudah berada diatas sana.”

Kyungsoo menundukkan kepalanya, isakan halus mulai mengalun pelan. “Saat aku berumur 17 tahun, appa mengajak seorang wanita. Wanita yang saat ini menjadi eomma tiriku. Sebenarnya aku tidak setuju saat itu. Aku sempat berfikir, betapa brengseknya appa secepat itu menemukan pengganti eomma. Tapi, aku berubah fikiran saat appa selalu menjelaskan padaku kalau ia tak ingin aku sendirian. Aku menyadari appa begitu mengkhawatirkanku.”

Kyungsoo menatap langit biru, masih dengan air mata yang mengalir deras. “Sebenarnya appa sangat baik. Tapi, secepat inikah? Bahkan tahun ini appa belum memenuhi janjinya untuk menemuiku.”

Pandangannya kembali menurun pada lapangan terbang, “Hey, Jongin. Tidakkah kau ingin bertemu appa-ku? Disana, Jongin. Di depan sana− appa sedang tersenyum dan melambaikan tangannya padaku. Ah, appa tersenyum padamu, Jongin!!” Kyungsoo menunjuk hamparan luas penerbangan di depannya dengan penuh semangat.

“Appa!! Kemarilah!! Kenapa kau berdiri disana?? Appa!! Hiks. Appa!!”

Untuk kesekian kalinya, tangis Kyungsoo pecah. Tubuh mungilnya merosot jatuh di tanah berumpun pendek. “APPA!! HUWAA!! APPA!!.” Kepala Kyungsoo terangkat keatas. Seakan menanyakan takdir hidupnya yang begitu rumit bagaikan gumpalan benang kusut. Tangannya terlalu lemas bahkan untuk menggapai langit biru. Semua keinginannya terlalu semu− tidak nyata dan menyedihkan.

Tetes demi tetes butiran jernih itu meluncur melewati wajah dan dagunya. Menciptakan aliran sungai rumit di wajah cantiknya. Kyungsoo semakin hanyut dalam isakan dan tangisan yang ia buat. Mengalun amat pilu. Tangisnya terlalu memilukan sehingga Jongin ikut merasakan sakit di ulu hatinya.

“Tuhan!! Mengapa hukumanku Kau berikan pada mereka Tuhan??!! Kenapa tidak langsung saja Kau hukum aku karena kesalahanku ini, Tuhan??!! HUWAA!! APPA!!! APPA!!!”

Jongin yang tidak tega melihat kesengsaraan Kyungsoo, segera berlutut dan merengkuhnya dalam satu dekapan erat. Semakin keras tangis yang dikeluarkan Kyungsoo, semakin erat pula pelukan Jongin untuk menenangkannya. Disebelah kanan tangan Kyungsoo yang terkapar di tanah− menggenggam sepucuk surat dari Ayahandanya. Memeluknya seakan berlembar-lembar kertas putih dengan bau khas tinta itu adalah sang appa tercinta. Appa tercinta yang meninggalkannya untuk menemui eomma-nya di langit sana. “HUUWWAA!!! APPA!!! ANDWAE!!! HUWAA!!! ANDWAEE!! APPAA!!!”

Begitu menyedihkan dan menyesakkan ulu hati. Sakit, sakit, semua ini begitu menyakitkan.

.

Halo, Baby Owl kesayangan appa.

Bagaimana keadaanmu? Kuharap sehat-sehat saja, ya. Maafkan appa yang tidak dapat menemuimu tahun ini. Appa merasa tidak bertanggung jawab dalam memenuhi janji appa. Maafkan appa yang benar-benar tidak dapat memenuhi pertemuan kita. Bagaimana kehidupanmu? Semakin membahagiakankah? Mohon maafkan appa yang tidak dapat ikut andil dalam momen-momen indahmu. Anakku, appa selalu berdoa yang terbaik untukmu dan eomma-mu yang ada di surga. Apakah doaku sampai kepadamu, nak? Maafkan appa yang tidak dapat merayakan ulang tahunmu, memberikanmu kado serta ciuman sayang di kening, dan menemani tidur lelapmu. Ingat Kyung, kebahagiaanmu adalah kebahagiaan appa juga. Jadi, bahagiakan dirimu sebaik mungkin, anakku sayang.

Kau ingat saat eomma-mu pergi, kau selalu mengucapkan kata penyemangat untukku, “Appa jangan bersedih! Eomma sudah menjadi bintang disana. Menjadi bintang untuk mengawasi kita, melindungi kita, dan membahagiakan kita dengan keindahannya tiap malam!” Tidak dapat dipungkiri lagi, saat ini anakku sudah besar. Bahkan sudah memiliki kekasih hatinya. Saat mendengar kau memiliki kekasih, hati appa sedikit sakit. Karena itu artinya, cinta tulusmu sudah mutlak milik kekasihmu bukan milik appa lagi. Appa tidak berhak sedikitpun meminta kasihmu kembali. Appa sangat mengerti kau begitu mencintainya. Dan appa− appa sudah cukup banyak merasakan kasih sayang yang selalu kau limpahkan, Kyung. Terima kasih.

Dan karena kau sudah besar, kau akan segera menikah. Ya, appa benar-benar tidak sabar menanti hari paling penting dalam hidupmu itu, nak. Dapat appa pastikan, aku akan menangis tersedu-sedu melihatmu berdiri tegak di altar dengan kekasihmu. Semoga Tuhan benar-benar menjawab doaku, Kyung. Appa benar-benar ingin menemanimu hari itu. Menggenggam tanganmu, memelukmu, mencium keningmu untuk terakhir kalinya sebelum kalian memulai kehidupan rumah tangga seperti appa dan eomma lakukan dahulu. Kemudian, aku akan memiliki cucu yang sangat manis. Appa benar-benar tidak dapat membayangkan betapa bahagianya appa jika semua itu benar-benar terjadi suatu saat nanti. Doakan appa-mu ini tetap sehat, ya. Sehingga appa dapat melaksanakan keinginan-keinginan appa dan membahagiakanmu sebelum kau berpisah tempat tinggal dengan appa.

Pernah suatu saat terbesit di pikiran appa, “Apa yang terjadi jika aku tak ada? Bagaimana dengan Kyungsooku? Apa ia akan baik-baik saja?” dan pertanyaan lainnya. Tapi setelahnya, aku tertawa. Kyungsooku pasti dapat melalui semuanya. Meskipun tanpa diriku. Karena aku menyakini, kau adalah malaikat terkuat yang diturunkan Tuhan untuk menjaga semua orang. Aku yakin, sangat yakin, sebesar apapun masalah yang akan menghadangmu, seperti sihir, semua perkara itu akan menghilang perlahan. Hahaha, aku ini sedang meracau apa, sih? Satu yang pasti, Kyungsoo. Kau anakku, kau puteraku, kau cahayaku, kau penunjuk arahku, dan kau bagian terpenting dalam hidup appa. Appa menyayangimu, nak. Appa akan selau menyanyangimu meskipun langit runtuh, dan bumi hancur berkeping-keping. Perasaan sayang appa untukmu adalah mutlak, sayang. Appa benar-benar menyayangimu, Baby Owl. Maafkan kesalahan-kesalahan appa-mu ini yang teledor ini, ya. Appa sangat-sangat-sangat-sangat-sangat-sangat-sangat M.E.N.Y.A.Y.A.N.G.I.M.U !!! SARANGHAE, ANAK KEBANGGAANKU, DO KYUNG SOO !!! Fighting!!!

PS. Saat appa mengunjungimu nanti, jangan lupa masakkan appa kepiting saus tomat! Appa benar-benar menginginkan makanan itu mengisi perut buncit appa. Hahaha.

Salam sayang dan peluk hangat


Appa-mu tercinta

.

.

.

Beberapa tahun kemudian,

Desember, Seoul.

Dengan lihai jemari mungil itu bermain di atas keyboard komputer pemberian kekasihnya− Kim Jong In. Lelaki yang tiada lelah menemani Kyungsoo, menjaga dan menyemangatinya saat keterpurukan menyiksa batin lemah Kyungsoo. Lelaki yang begitu mencintai Kyungsoo, begitu pula dengan Kyungsoo.

“Soo.”

Pelukan hangat segera Kyungsoo rasakan. Hembusan nafas Jongin menyapu lembut lehernya. Harum tubuhnya menguar dengan cuma-cuma di udara. Terasa sangat menyenangkan.

“Bagaimana dengan tulisanmu? Sudah selesaikah?”

“Ng! Tinggal menunggu keputusan dari pihak penerbit saja.”

Detik itu, Jongin mengusak rambut hitam Kyungsoo. Menciptakan gelak tawa manis di antara mereka berdua. Membuat atmosfer hangat yang melelehkan hati di tengah-tengah mereka.

“Ah, jangan lupa! Hari ini kau punya janji dengan eomma di rumah! Kau harus memasakkan kami yang enak-enak!”

Gumaman terdengar setelahnya. Saat ini Kyungsoo sedang di kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Karena tulisan yang dia buat sudah ditunggu oleh penerbit. Hanya tinggal menunggu editornya berkata ‘oke’, maka tulisannya akan berubah menjadi bertumpuk-tumpuk buku yang akan didistribusikan secara luas untuk dibaca semua kalangan.

“Jongin. Bisakah kau mengantarkanku? Aku benar-benar terlambat.”

Dengan sigap lengan Jongin menangkup lengan kecil Kyungsoo. Membuat sang pemilik lengan mungil itu sedikit tersentak kaget.

“Untuk kekasihku, apa sih yang tidak?”

Kyungsoo tersenyum sangat manis. Benar-benar manis.

“Gomawo, Jongin.”

.

.

.

Menjaganya. Bolehkan sekali ini saja aku berharap untuk dapat selalu disampingnya, Tuhan?

Aku benar-benar mencintainya. Sangat mencintainya. Aku menyadari kesalahanku, tetapi lelaki itu membuatku seolah lupa bahwa ia juga melakukan kesalahan yang sama denganku.

Ia selalu mendengungkan ‘Mari kita hadapi ini semua bersama-sama’ setiap malam di telingaku. Bisakah−bisakah aku meyakininya, Tuhan?

Aku tahu. Aku benar-benar tak tahu diri karena selalu meminta padamu. Tetapi, sungguh, Tuhan―

―Aku benar-benar mencintainya.

―Kumohon, jangan lepaskan ikatan kami kembali.

―Terima kasih, Tuhan.

.

.

.

.

THE END


FAULT by Tiramisuu Latté © 2015 All Rights Reserved

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 comments:

Powered by Blogger.

Translate

Labels

15& 2AM 2NE1 2PM 5Dolls 9Muses After School Ahn Eunjin Ahn Seo Hyun Ahn Sohee auliasyalwa B.A.P B1A4 Bae Sun Mi Bae Suzy Baek A Yeon Baek Azizah Baek Yebin Baek Yerin Bambam Baro Bestie Big Bang Boyfriend Brothership BTOB BTS Byun Baekhyun Cha Hyun Rin Chapter Cho Kyuhyun Choi Hanny Choi Seung Hyun Choi Seungri Choi Siwon Choi Sungmin Choi Youngjae Cholict Click-B CNBLUE Comedy D.O Davichi DAY6 DIA Do Kyung Soo Donghyun Drama Eunhyuk EXO EXO-K EXO-M F.T. Island Fafiter Challenge Family FANFICTION Fantasy Friendship GFriend Girls' Generation Go Ahra GOT7 Ham Eunjung Han Hye Sun Han Hyo Joo Han Hyori Han Nayeon Hurt Hwang Chansung Hwang Minhyun Im Yoona Jang Geun Suk Jang Wooyoung Jenny Jeon Boram Jia Jinyoung Joo Ji Hoon Jr Jung Ho Seok Jung Il Woo Jung Jinwoon Jung Min Joo Jung Yerin Jung Yong Hwa Juniel Kaeun Kang Hye Ri Kang Hyo Rya Kang Min Hyuk Kang Yo Ra Kang Young Hyun Khunpimook Bhuwakul Kim Bum Kim Dani Kim Hanny Kim Hanny/Choi Hanny Kim Ji Ah Kim Jong In Kim Jong Woon Kim Min Jung Kim Nam Gil Kim Nam Joon Kim Nana Kim Naya Kim Seok Jin Kim So Eun Kim Soo Hyun Kim Sookyu Kim Wonpil Kim Woo Bin Kim Yugyeom Kris Wu Krystal Jung Lee Areum Lee Donghae Lee Hae Na Lee Hyo Jin Lee Hyo Ra Lee Hyukjae Lee Jae In Lee Jang Woo Lee Ji Eun Lee Jong Suk Lee Junho Lee Keina Lee Keumjo Lee Min Ho Lee Qri Lee Seung Gi Lee Sungmin Lee Sunny Lee Yo Won Married-life MellyTaenggo MeloDrama Min Yoon Gi Mistery Myoui Mina Na Haeryung Nam Gyuri Nichkhun Horvejkul Noh Lee Young NU'EST OC Oh Ha Ni Oh Jong Hyuk Ok Taecyeon OneShoot Park Chan Yeol Park Hyomin Park Jae Hyung Park Ji Eun Park Jihyo Park Jimin Park Jiyeon Park Keyla Park Se-young Park Shin Hye Park Soyeon Park Sungjin Park Yeon Jung Rap Monster Risma Song Romance Romantic Roy Kim Ryewook Sandara Park Sandeul School-life SeoHyun Sequel Shannon William Song Minyoung Sowon SPEED Sung Hyun Jae Super Junior T-Ara The Ark Tiffany Hwang Tiramisuu Latté TOP Trilogi Twice TwoShoot U-Kiss Upi Hwang V Wonder Girls Yaoi Yesung Yoo Youngjae Yook Sung Jae Yoon Dowoon Yoon Eun Hye Young K Yuna Kim